Kota Bima, Bimakini.com.- Gerakan Pemuda (GP) Ansor sudah berusia 78 tahun. Mereka ingin meneguhkan komitmen terhadap khittahperjuangan sebagai penegak Islam ahlussunnah wal jamaah dan pengawal ulama dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Demikian disampaikan Sekretaris GP Ansor Kota Bima, M. Ardyansah, Rabu (25/4), merefleksi 78 tahun perjalanan organisasi pemuda itu.
GP Ansor bertekad merevitalisasi nilai dan tradisi, menguatkankaderisasi dan memberdayakan potensi demi mewujudkan kader mandiri dan profesional.
Kelahiran GP Ansor, katanya, diwarnai emangat perjuangan, nasionalisme, pembebasan dan etos kepahlawanan. Lahir dari rahim Nahdlatul Ulama (NU) pada 10 Muharram 1353 H atau 24 April 1934 M di Banyuwangi Jawa Timur, dalam suasana keterpaduan aantara kepeloporan pemuda pasca-Sumpah Pemuda, semangat kebangsaan, kerakyatan dan sekaligus spirit keagamaan.
Sebagai ujung tombak kaderisasi generasi muda NU, katanya, sangat tepat bila kader merenungkan kutipan Roosevelt “kita membangun generasi muda untuk masa depan”. Kader harus terus mengembangkan kapasitas sehingga siap menjadi pucuk pimpinan NU, bangsa dan daerah pada masa depan.
Dijelaskannya, di tengah tantangan berkembangnya paham radikalisme agama dan leberalisasi politik-ekonomi, kader dituntut merevitalisasi nilai dan tradisi Islam ahlussunnah wal jamaah agar tetap mampu menunjukkan jatidirinya sebagai benteng pegawal ulama dan garda depan pembela Islam. Revitalisasi itu bukan berarti kembali pada konservatisme agama dan sentralisme politik-ekonomi seperti pada masa lampau, tetapi harus dimaknai sebagai penyegaran kembali nilai-nilai dan tradisi Islam ahlussunnah wal jamaah untuk menjawab berbagai problem aktual bangsa. “Menjadikan nilai-nilai dan tradisi Islam ahlussunnah wal jamaah sebagai way of life para kader GP Ansor,” katanya dalam pernyataan pers, Rabu.
Dikatakannya, untuk mengembangkan nilai dan tradisi ahlussunnah wal jamaah yang tasamuh (toleran), tawazun (seimbang), tawassuth (moderat) dan i’tidal (adil), GP Ansor menggerakkan kembali tradisi berzikir dan bermunajat dengan membentuk Majelis Zikir Rijalul Ansor. Selain itu, menjalin persaudaraan tulus dan tanpa sekat dengan berbagai elemen bangsa yang majemuk.
Dijelaskannya, komitmenGP Ansor menjaga kebhinekaan juga ditunjukkan Pimpinan Cabang GP Ansor Kota Bima dengan menggelar sarasehan “Membangun Kesadaran dan Strategi Penanggulangan Radikalisme Agama di Wilayah Kota Bima” dan diskusi publik “ Islam dan Pendidikan Karakter dalam Perspektif Ke=Indonesia-an; Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Radikalisme di Bima”. “Bertujuan melakukan gerakan de-radikalisasi agama untuk mencegah terulangnya aksi terorisme yang meresahkan bangsa,” katanya.
Katanya, GP Ansor selalu konsisten berpihak pada kepentingan rakyat yang seringkali harus berhadapan dengan kepentingan pemilik modal dan penguasa. Untuk menggerakkan roda organisasi dan sebagai tuntutan kebutuhan calon-calon pemimpin bangsa pada masa depan, diperlukan sistem kaderisasi yang kuat, berkesinambungan (sustainable), sesuai kebutuhan (customized) dan berlandaskan nilai-tradisi islam ahlussunnah wal jamaah. (BE.20)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.