Sabtu akhir pekan lalu, masa kepemimpinan Wali Kota Bima, HM. Qurais, mencapai dua tahun. Atau terhting saat melanjutkan masa bakti almarhum HM. Nur. A. Latif. Harus dikatakan, geliat pembangunan sejumlah infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan ekonomi kerakyatan, sudah ada. Dua tahun sudah berlalu, ada sejumlah hal yang bisa dirasakan perubahannya.
Lalu, apakah pembangunan kota ini sudah berhasil? Masih terlalu dini untuk memungkasi penilaian, karena masih ada setahun tersisa. Jika pun Wali Kota Bima mengaku belum melihat ada keberhasilan, itu suatu pernyataan tepat. Katanya, fondasi arah pembangunan Kota Bima baru diletakkan. Pernyataan itu, setidaknya bisa dilihat dalam dua bidikan.
Pertama, dari sisi komunikasi, pilihan pernyataan itu elegan karena penilaian terhadap pembangunan sebaiknya diserahkan kepada legislatif dan publik. Pemimpin sebaiknya tetap fokus membangun, membangun, dan membangun! Apresiasi publik biasanya berseiringan dengan kerja keras. Dalam bahasa lain, membuktikannya dengan kerja nyata jauh lebih ketimbang berkoar-koar soal keberhasilan. Masyarakat Mbojo adalah tipikal komunitas yang tidak suka pemimpin yang sekadar kata-kata. Tetapi, sangat mengapresiasi pemimpin yang mampu menyatukan kata dengan perbuatan.
Kedua, pembangunan mesti dilihat dalam konteks yang lebih luas. Tidak terjebak pada aspek fisik semata. Apa yang terlihat saat ini terkesan beraroma fisik, padahal pembangunan tidak sesempit itu. Oleh karena itu, masa setahun ke depan, Qurais mesti mengemas rapi aspek-aspek yang masih dirasakan tercecer dan membangun komunikasi persuasif dengan semua komponen masyarakat. Itu pekerjaan besar yang nyata di depan mata.
Peringatan dua tahun durasi yang dilalui oleh Qurais itu mesti dijadikan bahan refleksi serius untuk pembangunan Kota Bima ke depan. Menjadikannya titik berangkat baru, menoleh sejenak untuk mengambil jeda nafas, selanjutnya merangsek maju hingga batas terjauh.
Akhirnya, dua tahun yang terlewati plus setahun yang masih akan bergulir adalah durasi waktu berharga bagi Qurais untuk mendemonstrasikan kemampuannya menakodai daerah ini. Kita mengharapkan ada hasrat kuat belajar dari berbagai pengalaman masa lalu, kemudian merefleksikannya untuk meniti lintasan ke depan. Seperti kata Qurais, kearifan memandang masa lalu adalah penting untuk meraih masa depan yang lebih baik. (*)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.