Bima, Bimakini.com.- Konflik berdampak luas terhadap kondisi masyarakat. Untuk itu perlu didorong pemahaman bahwa konflik berdampak bagi psikologis masyarakat dan itu bisa berkepanjangan. Gerakan trauma center sebagai upaya simpati dan lebih nyata dalam menyelesaikan konflik yang terjadi. Topik trauma center ini akan menjadi pembahasan dalam seminar civil society ngobrol konflik di aula SMKN 3 Kota Bima, Senin (25/6) yang diadakan oleh Komunitas Babuju Bima.
Ketua Panitia Seminar, Ahyar mengatakan yang dihadirkan sebagai narasumber adalah peneliti konflik, Syarif Ahmad, M.Si dan akan mengupas tentang Konflik dan Paradigma Kehidupan Sosial. Ir Khairuddin, M.AP dari Pers akan menyampaikan tentang Pendekatan Jurnalisme Damai upaya Meredam Konflik. Kesbangpolinmas Kabupaten Bima, diharapkan dapat memaparkan mengenai Konflik dan Upaya Penanggulangannya hleh Daerah, serta akademisi Drs Sukirman Azis, SH, MH, Menilik Konflik Dalam Kajian Hukum Sosial.
Dikatakannya, out pun yang diharapkan dari kegiatan ini lahirnya rekomendasi penanganan Konflik melalui pendekatan psykologis. Terbentuknya pemahaman bahwa sebuah konflik berdampak besar terhadap psikologis masyarakat.
Selain itu, kata Ahyar, mencoba mendorong upaya-upaya pemulihan konflik yang efektif. Mendorong gerakan Trauma Center sebagai gerakan Simpati yang lebih nyata dalam penyelesaian Konflik yang terjadi. “Menekankan pentingnya Penyelesaian konflik melalui Trauma Center,” ujarnya di Sekretariat Babuju, Minggu (24/6).
Sementara itu, Koordinator Babuju, Julhaidin, mengatakan konflik dalam masyarakat dianggap sebagai sebuah dinamika sosial, namun juga bisa menjadi bencana kemanusiaan. Hal ini bergantung dari cara masyarakat tersebut melerai dan mengurai persoalan yang dihadapi. “Peran dan Fungsi stakeholder pilihan masyarakat sebagai pelaksana tata Kehidupan social Masyarakat menjadi penting sebagai penengah dan pengurai dalam setiap konflik masyarakat,” ujarnya.
Dikatakannya, jika stakeholder tersebut tidak mampu melakukannya, maka konflik yang tumbuh akan terus berkembang dan menyisakkan banyak dampak. Terutama dampak psykologis atau trauma yang tidak mudah diselesaikan dan dilupakan begitu saja oleh orang-orang yang hidup dalam kelompok sosial masyarakat tersebut.
“Dalam beberapa kejadian Konflik di Bima – NTB, selalu menyisakan trauma yang mendalam. Trauma yang dialami oleh masyarakat yang berada dalam wilayah konflik secara langsung akan sulit dan memerlukan waktu yang cukup lama untuk bangkit dan kembali beraktifitas seperti biasa sebelum konflik terjadi,” ungkapnya.
Diharapkannya seminari ini dapat menguarai akar persoalan dan menggunakan pendekatan trauma center sebagai solusi mengatasi konflik. Selain itu melahirkan rekomendasi sebagai bentuk kesepahaman bersama dan menjadi soluasi mengatasi konflik di Bima. (BE.16)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.