Bima, Bimakini.com.- Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Dikpora) Kecamatan Belo mengelaim angka putus sekolah (drop out, DO) dua tahun terakhir menurun. Sejak awal tahun hingga Juni 2012, angka DO di wilayah setempat hanya delapan orang, kendati beberapa tahun sebelumnya mencapai puluhan orang.
Sekretaris UPTD Dikpora Belo, Siti Sartika, S.Sos, mengatakan, menurunnya angka DO dipengaruhi perubahan pola pikir masyarakat dan keberhasilan penetrasi sejumlah program pemerintah melalui bantuan dana beasiswa dan program pemberdaayaan lain. “Angka drop out selalu menunjukkan penurunan. Ini juga tidak terlepas dari upaya pemerintah melalui sejumlah program,” katanya di Belo, kemarin.
Dikatakannya, kendati wilayah setempat merupakan sentra pertanian bawang. Kondisi itu tidak memengaruhi aktivitas pendidikan. Siswa tetap melanjutkan pendidikan meskipun pada waktu tertentu kadang membantu orang tua sebagai petani. “Sampai sekarang memang banyak orangtua siswa yang mengajak anaknya ilkut bertani, bahkan malah hingga Sumbawa. Tapi, tidak sampai drop out,” katanya.
Secara umum, berdasarkan data Dinas Dikpora, jumlah Sekolah Dasar Negeri di Belo mencapai 14, sedangkan Sekolah Menengah Negeri baru 3 sekolah, sehingga bisa dipastikan meskipun sejumlah sekolah di wilayah lain bersaing mendapatkan murid baru, sekolah di wilayah setempat tidak menghadapi masalah yang sama. “Jumlah murid baru tetap banyak, sekolah-sekolah tidak memiliki masalah untuk menerima siswa baru, karena jumlah sekolah juga masih terbatas,” katanya.
Pada bagian yang sama, pengawas UPTD setempat, Hj. Asiah, mengatakan, meskipun sekolah negeri di Belo terbatas, kebutuhan pendidikan masyarakat juga diakomodir melalui program pendidikan luar sekolah seperti yang dilaksanakan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Hanya saja dari segi kualitas output sumberdaya manusia (SDM), masih kalah jika dibandingkan sekolah formal. “Persoalannya hanya berkaitan dengan kualitas SDM saja, kalau soal mutu pelaksanaan program cukup selektif, hanya kualitas output-nya yang tidak sebanding sekolah formal,” katanya.
Asiah mengungkapkan, berdasarkan data UPT Dikpora setempat, jumlah lembaga pendidikan non-formal yang masih aktif melaksanakan program sebanyak 15 PKBM. Selain itu, program PLS dilaksanakan salahsatu Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) setempat. “Angka tersebut belum termasuk satuan PAUD,” katanya.(BE.17)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.