Kasus penimbunan minuman keras (Miras) kembali menghentak publik Mbojo, Minggu siang. Sebanyak 127 kardus Miras berbagai merek atau 1.524 botol digerebek massa di Talabiu Kecamatan Woha. Massa geram karena aktivitas haram itu kembali melibatkan oknum yang sama. Ini untuk yang ketiga kalinya dalam porsi banyak. Kasus penimbunan ribuan dus di tengah perkampungan Penaraga, dua tahun lalu, adalah “kekalahan investigatif” yang perlu direnungi. Ya, oleh masyarakat sekitar dan terutama anggota Intel Kepolisian.
Kini, Miras itu menggebrak lagi. Pasokan berlimpah menjelang Ramadan 1433 Hijriyah dan dari oknum yang sama, merupakan pukulan telak bagi kita. Mengapa oknum itu bisa terus menunjukkan eksistensinya. Kemunculan yang heboh dalam tiga kejadian patut dicurigai ada sesuatu dibalik semua itu. Siapakah oknum yang mem-back up bisnis haram itu di Dana Mbojo? Adakah upeti yang disetorkan kepada pihak tertentu atau kompensasi untuk melanggengkan bisnis? Rangkaian pertanyaan publik bisa berderet panjang jika menyelami aspirasi mereka pascakejadian itu. Tidak bisa tidak, perang terhadap Miras dan penyakit sosial lainnya mesti dipertegas lagi. Pilihan gaya lamban, diakui atau tidak, yang selama ini dipraktikkan tidak mampu mengimbangi agresivitas para pemasok atau Bandar. Umat Islam mesti segera ‘berijtihad sosial’ di titik ini.
Dari sisi hukum, aparat layak memertimbangkan hukuman berlipat dari kepemilikan cairan haram itu agar berefek jera. Mesti ada kreasi dari cara-cara konvensional yang selama dilakukan dengan menggebrak. Aparat hukum atau aparat negara tidak boleh kalah dengan anasir-anasir jahat yang meracuni psikologi masyarakat dan mendegradasi kualitas keimanan.
Menjelang Ramadan 1433 Hijriyah, saatnya kembali menegaskan khittah untuk memberantas. Tidak hanya Miras, tetapi juga perjudian dan prostitusi. Bumi Mbojo tidak boleh dibiarkan belepotan cairan haram yang meracuni pikiran umat, terutama kaum muda.
Jika kita sadari, oknum itu telah mengangkangi akal sehat publik dengan menyuplai ‘cairan neraka’ yang menggiring umat ke bibir jurang kehancuran moralitas. Jangan sampai Dou Mbojo dikibuli untuk yang kesekian kalinya. (*)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.