Connect with us

Ketik yang Anda cari

Dari Redaksi

Gambaran Kemaksiatan

Pergaulan kaum remaja dan muda di Kota Bima menjadi sisi sorotan kalangan agama dan pemerhati sosial. Merebaknya pergaulan yang cenderung bebas sejak beberapa tahun terakhir menguatirkan, apalagi terjadi di pinggir jalan. Seiring guliran arus global, kaum muda mulai kehilangan kendali dan meniru budaya serbaboleh.

Lihat saja pada sepanjang pinggir kawasan Ama Hami hingga Kalaki saat malam hari. Kaum remaja dan kawula muda berduaan di atas motor dan pinggir pantai. Sabtu malam jauh lebih ramai. Anda sengaja menyorotnya dengan lampu kendaraan? Cara itu kerap tidak mempan, karena mereka terus menempel kayak perangko.

        Ironisnya, pemandangan miring itu terjadi pada areal pintu gerbang Kota Bima. Itu berarti, para tamu disuguhi fenomena merusak yang berkontribusi pada menurunnya kualitas moral. Kita secara sadar menyuguhkan citra negatif dari suatu kota yang dulu dikenal kuat memegang ajaran agama dan norma. Fakta yang terlihat adalah isyarat kebangkrutan nilai jika terus dibiarkan begitu saja. Bukankah ini pertanda buruk bagi masa depan sumberdaya manusia daerah ini?    

      Brigade Masjid dan kalangan ulama sudah lama merisaukan fenomena degradasi moralitas itu. Tidak hanya soal berkhalwat di pinggir jalan sepanjang pantai, tetapi juga peredaran minuman keras (Miras), perjudian, dan aneka kemaksiatan lainnya. Gambaran kemaksiatan itu justru dilakoni umat Islam–suatu pembusukan dari dalam. Kita pantas prihatin.

Mesti ada solusi yang bisa dilakukan oleh semua pihak untuk mengurai benang kusut ini. Penguatan pendidikan karakter selayaknya digaungkan oleh sekolah untuk mengimbangi pengaruh lingkungan. Pembangunan ketahanan fondasi keluarga adalah cara lain untuk meredam agresivitas kaum muda dari desakan arus global. Para ulama selayaknya pula mengencangkan kampanye pentingnya akhlak bagi keutuhan peradaban. Tidak hanya fokus pada ajakan ibadah ritual, tetapi juga ibadah sosial.

Secara umum, kita memang dikepung oleh sergapan budaya, informasi, dan teknologi yang memasuki hingga kamar privat. Kondisi itu pasti memenggaruhi pola sikap dan perilaku. Nah, tantangan sekarang adalah bagaimana memfilter dan meminimalisasi kaum muda Bima dari pengaruh negatif dan memaksimalkan cara mengambil sisi positifnya.

Sekali lagi, fenomena mulai lepasnya tali kekang moral kaum muda mesti menjadi fokus perhatian bersama. (*)   

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait

Peristiwa

Kota Bima, Bimakini.com.-  Saat ini wujud kemaksaiatan kian beragam wujudnya, meskipun kedurhakaan manusia pada perintah Allah telah terjadi pada ummat sebelumnya. Salah satu wujud...