Connect with us

Ketik yang Anda cari

Peristiwa

Kondisi Kabupaten Bima Dinilai mulai Rapuh

Kota Bima, Bimakini.com.-  Akademisi Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIP) Bima, Muhammad Irfan, M.Si, mengimbau Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bima dan legislatif secepatnya menangani proses perdamaian konflik antarwarga Desa Roka-Roi dan Godo-Samili. Saat ini kondisi di wilayah Kabupaten Bima sudah mulai rapuh, karena munculnya keributan antardesa lantaran hal sepele.

Diingatkannya, jika persoalan diantara sesa tersebut tidak secepatnya ditangani, dikuatirkan akan banyak melahirkan korban jiwa. Munculnya pertikaian di wilayah perdesaan disebabkan minimnya kesadaran masyarakat tentang hokum, atau sebaliknya masyarakat sudah muak terhadap  proses hukum sehingga menggunakan ‘hukum rimba’ saat menyelesaikan persoalan.
      Munculnya konflik semacam itu, menurut Irfan, pemerintah harus memiliki kesimpulan sebagai pelajaran untuk mengantisipasi munculnya konflik baru pada desa yang saat ini bersitegang maupun desa lainnya. Pemerintah melalui lembaga dan dinas yang berkaitan bersama legislatif harus bisa terjun bersama pada seluruh wilayah  untuk pencerahan masyarakat. Tujuannya  agar  setiap muncul persoalan, masyarakat bisa dewasa menyikapinya dan tidak menggunakan ‘hukum rimba’ ketika menuntaskan persoalan.
      Dikatakannya, hubungan kedekatan antara pemerintah atau pemimpin dengan rakyat dalam memberikan wejangan maupun nasehat tentang kehidupan memberi arti tersendiri dalam membangun masyarakat yang beradab.
Irfan sangat menyayangkan timbulnya konflik antardesa di wilayah Kabupaten Bima, apalagi sampai Polda NTB ‘turun tangan’ menanganinya. “Saya sangat prihatin terhadap maraknya perang antardesa, eksekutif dan legislatif harus bisa mendamaikan kedua kubu yang saat ini bersitegang,” ujarnya Rabu (3/10) di kampus setempat.
    Saat ini, katanya, pemerintah harus bisa mengumpulkan tokoh-tokoh dua desa yang bertikai untuk membahas langkah perdamaian, sehingga konflik aat ini masih ada tidak muncul kembali. Dampak konflik antardesa akan berpengaruh terhadap generasi berikutnya, karena penanaman perilaku demikian akan dibawa saat generasi muda beranjak dewasa.
          Tidak hanya itu. Dia juga mengimbau seluruh lembaga agama dan ulama agar maksimal  mendakwahkan tentang akhlak, karena masyarakat perdesaan saat ini sangat haus siraman ruhani. Penanaman nilai keagamaan akan memberikan pola pikir masyarakat agar menjauhi perkelahian, pembunuhan, minuman keras dan lain sebagainya.
“Saya berharap agar persoalan itu bisa secepatnya didamaikan sehingga rakyat yang tidak terlibat dapat hidup tenang dan bisa melakukan aktivitas normal kembali,” ujarnya. (BE.18)
 

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait

CATATAN KHAS KMA

  ‘’SAYA mau tes daya ingat pak KMA,’’ katanya kepada saya suatu waktu. KMA itu, singkatan nama saya. Belakangan, semakin banyak kawan yang memanggil...

CATATAN KHAS KMA

SAYA belum pernah alami ini: handphone tidak bisa dipakai karena panas. Bukan hanya sekali, Tetapi berkali-kali. Juga, bukan hanya saya, tetapi juga dua kawan...

CATATAN KHAS KMA

CATATAN Khas saya, Khairudin M. Ali ingin menyoroti beberapa video viral yang beredar di media sosial, terkait dengan protokol penanganan Covid-19. Saya agak terusik...

Berita

SEPERTI biasa, pagi ini saya membaca Harian  BimaEkspres (BiMEKS) yang terbit pada Senin, 10 Februari 2020. Sehari setelah perayaan Hari Pers Nasional (HPN). Mengagetkan...

CATATAN KHAS KMA

ADALAH Institut Perempuan untuk Perubahan Sosial (InSPIRASI) NTB pada 7 Desember 2019 lalu, mencanangkan gerakan Save Teluk Bima. Kegiatan dua hari itu, menjadi heboh...