Kenyamanan kehidupan dalam wadah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) adalah tanggungjawab bersama. Bisa diekspresikan dalam berbagai hal dalam posisi dan medan tugas masing-masing. Intinya bagaimana menjamin daerah ini aman, nyaman, dan tertib. Namun, justru sisi ini yang mulai diusik oleh oknum tertentu. Apa yang tersuguhkan sejak sepekan terakhir yang diprovokasi pesan layanan singkat (SMS) soal penculikan anak adalah fakta pahit dalam sejarah ke-NTB-an kita.
Harus diakui, keresahan tidak saja menghinggapi orang dewasa, tetapi juga merambah bocah-bocah. Semacam wabah yang menyebar luas dan memasuki ruang kesadaran (suci) bocah-bocah masa depan. Oleh karena itu, upaya antisipasi mesti cepat dilakukan dengan mengonsolidasi semua potensi yang mencerahkan. Ingat, percepatan respons kita akan berseiringan dengan rambahan aliran SMS pada telepon seluler milik masyarakat yang juga gencar dilakukan oleh pihak tertentu. Dengan kata lain, keterlambatan satu langkah meredam isu ini akan menambah jauh jarak dampak provokasi yang lebih dulu menghinggapi publik.
Masyarakat mesti diingatkan agar cerdas memilah atau memverifikasi isu. Berpikir rasional, sembari tetap meningkatkan kewaspadaan. Kegagalan kita merespons secara bijak isu penculikan ini, apalagi bertindak sepihak atas dasar emosional-sporadis, akan memuluskan misi dan langkah provokator. Bukankah tujuan utama peneror adalah menimbulkan kegaduhan di ruang publik dan memicu ketidaknyamanan sehingga tidak lagi berpikir sehat?
Mari selamatkan NTB kita. Kita mesti menyadari bahwa target peneror tidak hanya sebatas lima korban yang berjatuhan, tetapi lebih dari yakni membangun rasa dendam dan mengotori kanvas kebersamaan. Jika tidak cerdas memahami dan menyikapi perbedaan, apalagi dalam konteks etnis dan agama, maka akan menjadi sasaran tembak mereka yang ingin merusak tirai ke-NTB-an kita.
Mari bersama menyelamatkan mozaik indah ini. (*)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.