Kasus aborsi yang diduga melibatkan tiga warga Kabupaten Bima heboh pada akhir tahun 2012 lalu. Oknum A yang diduga ibu kandung mayat janin, MG kakak A yang diduga turut membantu, dan Bidan M yang diidentifikasi mengabdi di Pusat Kesehatan Masyarakat Woha.
Paling tidak ada tiga sisi yang memerlukan perhatian serius menyusul kasus itu. Pertama, menegaskan kian memudarnya rasa kemanusiaan. Kasus pembunuhan terhadap manusia, meskipun hanya satu orang, tetapi esensinya adalah membunuh umat manusia. Mereka yang terlibat dalam kasus berat seperti ini mesti dihukum berat, sebagai ekspresi pembelaan terhadap esensi harkat dan martabat kemanusian.
Kedua, karena diduga melibatkan Bidan, maka sangat berbahaya bagi masa depan generasi. Profesi Bidan seharusnya menjadi penolong bagi mereka yang melahirkan, bukannya memaksakan diri atau terjebak dalam sisi buram yang menciderai semangat pengabdian. Mereka yang terlibat dalam kasus aborsi adalah contoh pengkhianatan nyata. Kita pantas prihatin, karena mereka yang seharusnya menjadi ‘penjaga gawang’ setia, justru memanfaatkannya untuk kepentingan sempit. Nyawa manusia itu hanya dihargai Rp2,5 juta, nilai yang diduga diiming-imingi untuk saku sang oknum Bidan. Namun, dugaan itu mesti dieksplorasi lebih dalam oleh pihak penyidik.
Ketiga, munculnya kasus aborsi adalah imbas pergaulan bebas yang kini menyergap kaum muda (Mbojo). Kita harapkan kasus aborsi yang melibatkan mahasiswi itu adalah pelajaran berharga untuk membangun kewaspadaan kolektif. Aborsi adalah musuh nyata bagi peradaban. Ekspresi kegagalan moralitas yang membayangi wajah remaja Dana Mbojo. Jika tidak segera diantisipasi, maka generasi Mbojo bakal terjebak situasi ‘di persimpangan jalan sejarah’.
Kasus oknum mahasiswa dan Bidan itu adalah episode pahit penutup akhir tahun 2012. Akankah episode buruk itu berlanjut tahun 2013? Semoga lintasan itu segera terputus. (*)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.