Connect with us

Ketik yang Anda cari

Ekonomi

Usaha Ayam Potong dan Petelur Bergeliat

 Inilah kandang ayam yang ditangani Sulaiman H Yasin di Dodu.)

Inilah kandang ayam yang ditangani Sulaiman H Yasin di Dodu.

Kota Bima, Bimakini.com.-  Usaha  ternak ayam potong dan ayam petelur di Kelurahan Dodu Kecamatan Rasanae Timur Kota  Bima terus bergeliat.  Dulu hanya dilakoni satu dan dua orang saja,  kini mulai banyak peminatnya. Dalam lima tahun terakhir jumlahnya terus bertambah.

Senin (22/08) lalu, Bimakini.com menyambangi Dodu. Jumlah kandang ayam potong sudah delapan kandang dengan kapasitas ribuan ekor. Beberapa bulan terakhir, sudah ada tiga warga yang berusaha budidaya ayam petelur.

Warga Dodu II, Sulaiman H Yasin, yang  menekuni usaha budidaya ayam petelur mengaku kini  kapasitas kandang yang dibangunnya untuk 1.000 ekor. Apalagi, di Kota dan Kabupaten Bima pasokan telur masih belum mampu disediakan sendiri, sehingga  didatangkan dari luar.

“Saya dan beberapa warga Dodu yang menekuni usaha ini ingin memberikan kontribusi untuk memenuhi kebutuhan pasar di Kota dan Kabupaten Bima,” ujarnya di Dodu, Senin (22/08).

Diakuinya, bibit ayam petelur diambil dari pembibitan di Lombok Barat. Untuk tahap pertama membeli 1.000 ekor dan akses kandang mudah karena Pemerintah Kota Bima sudah membangunkan infrastruktur jalan ekonomi yang memungkinkan warga membuka usaha. Apalagi, kendaraan   bisa masuk hingga depan kandang ayam. “Untuk ayam petelur baru tiga orang yang menekuni, sedangkan ayam potong sudah delapan orang,” katanya.

Anggota DPRD Kota Bima, Taufikurrahman, SH, mengatakan semangat berwirausaha budidaya ayam potong dan ayam petelur kian marak di Dodu. Usaha mandiri yang dilakukan warga patut diacungi jempol meski belum mendapatkan dukungan dari pemerintah. “Kita bersyukur karena usaha mandiri itu akan berdampak terhadap peningkatan ekonomi warga sekitar,” katanya.

Melalui usaha itu, katanya, akan banyak tenaga kerja yang direkrut. Tentu kesejahteraan juga meningkat. Buktinya, di  Dodu arisan keluarga untuk hajatan sunatan, khataman, dan pernikahan setiap tahun dapat menyedot uang sekitar Rp700 juta hingga Rp900 juta.

Bayangkan, setiap acara sunatan dan lainnya paling tidak menghabiskan dana  sekitar Rp25 juta hingga Rp30 juta, sedangkan pernikahan lebih besar lagi sekitar Rp30 juta hingga Rp50 juta.  Kebanyakan hal itu dilakukan dengan kebersamaan dan kekeluargaan melalui arisan dan lainnya. (BK23)

 

 

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.
Advertisement

Berita Terkait