dokposkotanews.com
Dinamika dan mobilitas warga Kota Bima menunjukkan arah peningkatan. Saat waktu tertentu, pada sejumlah titik terjadi kemacetan. Sesuatu yang jarang terlihat sekitar lima tahun lalu. Ya, masalah lalulintas ini kerapkali dikeluhkan oleh masyarakat. Ditambah lagi fasilitas rambu lampu lalulintas yang belum maksimal fungsinya. Pada sejumlah persimpangan, hanya sekadar pajangan doang…Kondisi seperti itu tidak boleh terlalu lama, karena akan menambah kesemrawutan dan telanjur menjadi “budaya” masyarakat. Jangankan untuk membangun kesadaran baru, memupus “budaya” lama dalam berlalulintas masih memerlukan kerja keras pemerintah.
Nah, rencana pengaktifan kembali Forum Lalulintas yang dibentuk sebelumnya oleh Dishubkominfo Kota Bima patut disambut secepatnya. Tentu saja forum yang tidak lagi sekadar forum. Selesai acara pengukuhan resmi, lalu balik kanan bubar jalan menuju ke tempat masing-masing. Tanpa ada aktivitas lagi sebagaimana idealnya forum dibentuk. Tetapi, wadah yang terus membangun suasana dialogis untuk menemukan ‘benang merah’ masalah perlalulintasan di daerah ini. Maka dibawah kendali H Zulkifli, masyarakat menaruh asa, setinggi bukit Jatiwangi yang kini tenar dan digandrungi itu.
Ada perubahan signifikan yang terus didisiplinkan sehingga pergantian kepemimpinan, entah Kepala Dinas atau Kepala Daerah, tidak terlalu berpengaruh karena dibangun di atas dasar sistem yang mapan. Arah perubahan seperti itulah yang diharapkan publik. Harus diakui, beberapa pekan terakhir ada perubahan dalam pengaturan dan pengawasan jalan oleh petugas Dishubkominfo. Bahkan, hingga sore hari. Selain mengatur ketertiban kendaraan, juga mengurai kemacetan yang timbul oleh hal-hal yang sebenarnya tidak perlu. Maksudnya, kemacetan yang muncul semata ulah pengendara yang tidak sadar dan taat aturan.
Kita mengharapkan Forum Lalulintas dari unsur multipihak ikut segera diwujudkan agar tidak tertinggal oleh dinamika perubahan dan warna lalulintas Kota Bima yang mulai kompleks. Kenyamanan berlalulintas dan terminal, akan menjadi suguhan pertama bagi tamu yang memasuki Kota Bima. Bahkan, suasana jalanan itu menggambarkan warna budaya dan karakter masyarakat setempat. Jadi, lalulintas dan dinamika yang menyertainya tidak boleh dianggap sepele, karena langsung “menampar” identitas daerah. Semoga seiring semangat baru rekan-rekan Dishubkominfo, ada semangat yang sama ditunjukkan oleh publik sebagai rasa respek. Masalahnya, tidak hanya melulu tanggung jawab petugas, kontribusi masyarakat juga menentukan.
Kapan forum itu terbentuk? Kita tunggu saja action-nya. Hal yang pasti, tidak boleh lagi hanya sekadar forum formalitas belaka. Tetapi forum yang hidup, selalu dihiasi diskusi, kreatif menelaah situasi, dan sigap memantau serta mencari solusi. Tantangan yang mendesak adalah merekayasa lalulintas di persimpangan Pasar Ama Hami yang masih simpang-siur? Apakah boleh kendaraan langsung ke Selatan dari arah Terminal Dara? Apakah dari belokan Polsek Rasanae Barat lurus hingga ke pekuburan Cina dan berbelok ke arah Barat lalu menuju pasar? Demikian juga ruas jalan di sebelah Barat Serasuba. Apakah hanya satu jalur ke arah Barat saja atau bisa juga dari arah Barat ke Timur. Rambu yang dulu pernah ada harus dipertegas.
Sekali forum yang tidak lagi sekadar forum. Sebagaimana Forum Lalulintas sebelumnya. (*)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.
