Connect with us

Ketik yang Anda cari

Dari Redaksi

Jaminan Wabup

Wabup Bima, H Dahlan

Wabup Bima, H Dahlan

ADA satu pernyataan Wakil Bupati (Wabup) Bima, H Dahlan, yang menarik dicermati seputar perayaan Hari Guru Nasional. Sabtu lalu di Bolo, Wabup siap menjadi tameng Dewan Guru ketika berhadapan dengan kasus hukum yang dilaporkan oleh orang tua siswa akhir-akhir ini. Intinya, jika hukuman yang diberikan guru itu sebatas mendidik, siap bertanggung jawab. Siap mendampingi Dewan Guru, asalkan menjewer atau memukul sesuai kadar kesalahan siswa. Pernyataan itu tentu saja akan melegakan bagi guru, ada isyarat terbuka dari atasannya. Memang kasus dugaan penganiayaan yang melibatkan guru terhadap siswa kerap muncul. Meski umumnya belum ada yang berujung Pengadilan, namun setidaknya cukup merepotkan.

Harus diakui sekarang ini masih ada ketidaksamaan persepsi soal bentuk pembinaan kedisiplinan terhadap siswa. Jika melihat dua hingga tiga dekade sebelumnya, apa yang terjadi antara guru dan siswa saat ini belum ada apa-apanya dibandingkan masa itu. Guru ‘lebih bebas berekspresi menghukum siswa’ tanpa ada reaksi balik. Orang tua pun merasa malu kalau anaknya terkena hukuman. Bahkan, ada yang malah menambah hukuman bagi anaknya sendiri. Ada semacam kepercayaan dan apresiasi terhadap peran guru saat membina anak di sekolah. Anda pernah mengalaminya kan?

Kini eranya berbeda. Terasa ada penurunan drastis dalam hal level kepercayaan dan apresiasi. Jika ada guru memukul siswa meskipun dalam konteks pembinaan, maka radar ancaman bisa muncul dalam beragam bentuk. Siswa akan membalas, orang tua mengintip laporan Kepolisian, bahkan mengadu ke Lembaga Perlindungan Anak. Jadinya situasi yang awalnya berhajatkan pembinaan, berubah menjadi perlawanan. Meski demikian, tenaga pendidik juga harus berintrospeksi diri. Kadang ekspresi hukuman terhadap siswa melewati batas tertentu, menimbulkan bekas, dan dilakukan di depan siswa lainnya. Ini yang harus dihindari. Di tengah degradasi kepercayaan yang tidak sama dengan beberapa dekade sebelumnya, maka kerumitan situasi bisa muncul. Bukankah ada orang tua, paman, atau kakak dari siswa yang membawa senjata tajam ke sekolah untuk menguber guru? Bukankah pernah ada orang tua siswa yang melempar tombak pada guru di halaman sekolah?

Jadi? Jaminan Wabup itu merupakan dorongan moril agar guru tidak kuatir ketika membina berhadapan dengan siswa dan memukulnya. Dalam batas pembinaan, ada jaminan akan di-back-up. Meskipun selalu ada pertanyaan, apakah membina itu harus melayangkan tangan dan kaki ke arah wajah dan tubuh siswa?
Harus diakui, membahas soal ini memang selalu kaya sudut dan perspektif. Bergantung sudut pandang masing-masing. Tetapi intinya, bagaimana agar bilik pendidikan itu nirkekerasan, karena akan banyak hal yang merugikan.

Kita berharap tidak muncul lagi kerumitan yang sebelumnya pernah ada. Ayo mari menimbang-nimbang sebelum mengeksekusi sesuatu, ya dari sisi guru, siswa, dan orang tua (masyarakat). (*)

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait