Oleh: Eka Ilham, MSi
Setiap bencana adalah peringatan dari yang maha kuasa, agar kita tersadar dan bisa memaknai bencana. Musibah memberikan sebuah kesadaran pada kita untuk lebih dekat kepadanya. Kadang kita lupa dan alpa terhadap kenikmatan yang diberikannya.
Bencana memberikan kesempatan untuk berbuat terhadap sesama sebagai ladang amal kita untuk menghapus dosa sebagai manusia. Berlomba-lomba dalam kebaikan adalah satu anugerah yang diberikan kepada setiap umat manusia.
Bencana mengajarkan kita memaknai arti kesusahan, empati dan kemanusian. Setiap manusia memiliki sisi kemanusiannya berdasarkan fitrahnya. Manusia di ajarkan memaknai tentang kesalehan sosial bagaimana bertindak ataupun bersikap atas musibah yang diderita oleh saudara-saudaranya. Sehingga acap kali setiap bencana atau musibah yang terjadi kita jadikan sebagai ladang amal kita untuk menuju kesalehan sosial yang dimaksud.
Hubungan manusia dengan manusia lainnya, hubungan manusia dengan Tuhannya dapat dilihat dari apa yang dia perbuat dan dilakukan pada saat ini dan yang akan datang. Sesungguhnya kita melihat seorang saudara, sahabat, dan keluarga ketika kita ditimpa musibah atau bencana bukan pada saat kita lagi kaya, memiliki kekuasaan dan jabatan.
Hubungan manusia dengan manusia yang lain dapat dilihat dari sikap dan perbuatan yang positif dan negatif. Energi positif akan melahirkan semangat kemanusiaan sebaliknya energi negatif melahirkan sikap-sikap yang apatis bahkan acuh tak acuh terhadap lingkungan sekitarnya. Bencana bukan hanya dilihat oleh mata kita berupa gempa bumi, kebakaran, gunung meletus, banjir, tanah longsor dan sunami tapi lebih pada perbuatan kita sebagai manusia di dunia ini bencana moral, bencana kekuasaan, bencana sosial masyarakat dan kurangnya kita untuk mawas diri.
Kita diingatkan oleh alam agar jangan lupa diri yang pada akhirnya kita tidak akan mungkin melawan kekuatan alam. Bencana tidak hanya kita memaknai sebagai pengejewantahan dari sebuah hukuman oleh sang pencipta tetapi lebih dari itu menumbuhkan spirit kemanusian yang lahir dari hati nurani setial manusia bahwa saling menolong dan membantu adalah tugas kita bersama.
Bayangkan saja setiap bencana dan musibah yang terjadi di bumi ini melahirkan banyak tangan-tangan malaikat untuk berlomba-lomba mengejar kebaikan tampa memgenal si miskin dan si kaya sebab bencana mengajarkan persaudaraan dan solidaritas. Bencana mengajarkan kita bahwa manusia sama di hadapan Tuhannya dia tidak mengenal status sosial atau kedudukan.
Kesombongan diri akan tersapu oleh bencana atau musibah yang terjadi. Spirit kemanusiaan akan lahir bagi setiap manusia yang menyadari hubungan manusia dengan manusia lainnya bukan hanya hubungan manusia dengan tuhannya. Bencana adalah ladang amal bagi kita semua bukan sebagai mencari keuntungan dan popularitas di tengah bencana. Setiap perbuatan tidak akan bisa membohongi hati nurani.
Membantu sesama dan bergelut dengan kesusahan sesama manusia adalah suatu bentuk kesyukuran kita terhadap sang pencipta. Semoga bencana atau musibah menghapus dosa-dosa setiap manusia dan menyadarkan kita bahwa manusia dan alamnya saling menghargai. Alam akan selalu hidup ketika manusia mampu menjaga alamnya menyeimbang energi kebaikan manusia dengan manusia alam dengan manusianya dan manusia dengan Tuhannya.
Tuhanpun tahu apa yang kita perbuat tinggal menunggu waktu yang tepat untuk kita berbuat baik atau sebaliknya. Semoga bencana atau musibah mengajarkan kita lebih mendekatkan diri kepadaNYA dan menjadikan bencana sebagai ladang amal bagi kita semua dan berlomba-lomba dalam kebaikan. (*)
Penulis adalah Ketum Serikat Guru Indonesia (SGI) Bima
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.