Satuan Tugas Kesehatan (Satgaskes) dan Batalyon Zeni Tempur (Yonzipur) Tentara Nasional Indonesia (TNI) mengakhiri tugasnya membantu penanganan bencana bandang banjir Kota Bima. Mereka kembali ke Surabaya, Minggu (15/01) siang. Isyarat mereka kembali direspons masyarakat, mendatangi kapal. Simbol apresiasi dan rasa kekaguman melihat kiprah mereka berbalut lumpur dan berada di tengah sampah. Kerja pagi, siang, dan malam. Dalam bahasa apresiasi lainnya, warga menyebut “apa jadinya kalau TNI tidak ada”. Bagaimana kondisi yang terjadi jika TNI tidak hadir di tengah duka masyarakat Kota Bima yang wilayahnya ‘babak-belur’ dilabrak banjir.
Ya, apa yang dilakukan TNI merupakan implementasi dari keberadaannya yang lahir dari dan untuk rakyat. Ketika musibah menyapa, TNI hadir menawar duka. Ketika ancaman pertahanan dan keamanan muncul, TNI berjibaku mengusir potensi instabilitas. Dalam konteks situasi bencana ini, TNI telah menunjukkan simpati dan empati luar biasa.
TNI memang all out dalam penanganan pascabanjir. Peralatan pun didatangkan untuk menyapu bersih sampah dan lumpur. Petugas kesehatan yang bermarkas di Paruga Nae ramai didatangi, hingga ratusan orang pascabencana. Kini mereka telah kembali ke tempat tugas. Apresiasi masyarakat terekspresi melalui pernyataan Wali Kota Bima, HM Qurais. “Tidak ada ungkapan yang lebih tepat untuk kami sampaikan kepada seluruh anggota Satgaskes dan Yonzipur 10 TNI, selain penghormatan dan penghargaan yang tulus”.
Tentu saja, pelayanan tuan rumah dalam suasana banjir berbeda dengan situasi normal. TNI, Kepolisian, Tagana, Tim Layanan Dukungan Psikososial, Relawan, dan komponen lainnya hadir dalam sambutan yang penuh keterbatasan. Itulah konteks bencana, mohon dimengerti. Selamat jalan, teriring masyarakat Kota Bima semoga selamat sampai ke tujuan. Kita percaya, amalan yang dilandasi niat tulus akan menjadi ladang pahala bagi para pelakunya.
Sekali lagi, semua pihak yang turut membantu pemulihan bencana harus diapresiasi. Tidak hanya TNI, semua komponen lainnya yang bahkan kontribusinya tidak terekspose media massa. Mereka telah meninggalkan keluarga demi mengobati ‘luka alam’ Dana Mbojo. Mereka bak oase di kegersangan padang pasir. Mereka telah membangkitkan semangat persaudaraan tinggi. Mereka telah membantu kita perlahan bangkit, lalu bisa duduk menghela nafas sambil mengatur kehidupan baru. Mereka telah menghadirkan asa baru bahwa kita tidak sendirian bergelut dalam kondisi serbaterbatas pascabencana banjir. Mereka luar biasa…
Untuk kawan-kawan TNI yang Minggu siang pergi dari Kota Bima, kita berterimakasih atas dedikasinya. Tanpa mengurangi rasa hormat pada unsur dan komponen lainnya yang telah berkontribusi pascabanjir ini, TNI patut diapresiasi pada level pengabdian yang ditunjukkannya. Mereka ‘mencuri hati’ masyarakat Mbojo. Anda termasuk yang kepincut aksi kemanusiaan mereka kan…? (*)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.