Connect with us

Ketik yang Anda cari

Dari Redaksi

Banjir yang Menyatukan…

PLT Sekda Kota Bima, Drs Muhtar Landa, MH saat menyerahkan bantuan secara simbolik pada Wabup Sumbawa

HINGGA kini, kita masih terjebak dalam aroma dan ancaman banjir. Setelah melanda Kota Bima dalam tiga kesempatan pada akhir 2016 lalu, awal 2017 menjalar di wilayah Woha dan sekitarnya. Suatu insiden yang cukup menyita energi dan emosi hingga saat ini. Dampaknya pun masih terasa, infrastruktur yang ambruk masih dalam pembenahan.  Lalu, dua pekan lalu, wilayah Kecamatan Kilo Kabupaten Dompu  dan sekitarnya pun diincar banjir.  Setelah itu giliran Kabupaten Sumbawa yang diterjang. Menggenangi sejumlah wilayah kecamatan. Hingga saat ini upaya tanggap darurat pascabanjir terus dilakukan. Upaya pemulihan infrastruktur dan psikologi pun dilakukan.

Sisi yang menggugah adalah aspek kebersamaan. Seperti satu kesatuan anggota tubuh. Ketika satu bagian sakit, ikut dirasakan pada bagian lain. Ketika Kota Bima dilanda banjir bandang, reaksi dari masyarakat daerah tetangga sangat sigap. Bahkan, Kepala Daerah-nya yang memimpin distribusi bantuan. Lembaga dan komunitas di luar Provinsi Nusa Tenggara Barat pun terlibat, menjadi bagian dari empati terhadap duka Dou Mbojo. Dalam beragam bantuan yang melingkupi kebutuhan standar manusia.

Kini penggalangan dana untuk masyarakat Tau Samawa pun dilakukan Dou Mbojo. Pejabat membawa bantuan, mahasiswa menggalang dana di jalanan. Di bawah terik mentari. Ya, saling membantu dan membangun empati ketika saudara mengalami musibah. Dinamika kehidupan memang seperti itu. Ada saatnya duka hadir untuk menghentak kesadaran masyarakat setempat. Ada episode kegembiraan yang ternikmati sebagai alat untuk menguji.

Musibah banjir telah menyatukan kita. Tanpa memandang lagi status, perbedaan agama, dan suku. Melintasi wilayah geografis. Betapa indahnya dalam kekentalan semangat kemanusiaan. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Semangat kebersamaan seperti ini sejatinya dirawat rapi agar tidak keluar dari sanubari, tetap melembaga dalam hati, dan media mengerem ego. Apa yang ditunjukkan melalui sikap saling membantu, akan menjadi modal bagi perekatan hubungan yang lebih harmonis lagi dalam kerjasama ke depan.

Kita tentunya berharap bencana banjir tidak muncul lagi. Kita ambil hikmah dari musibah itu, selanjutnya memantapkan ketangguhan infrastruktur dan pertahanan psikologis untuk menghadapi segala kemungkinan. Banjir memang telah menyatukan kita…(*)

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.
Advertisement

Berita Terkait