Connect with us

Ketik yang Anda cari

Dari Redaksi

Menakar Figur Muda

DEWAN Pengurus Daerah  Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Bima menggelar Silaturahmi Kepemudaan  bertema “Membidik Peluang Partisipasi Figur Muda pada Pilkada Kota Bima 2018” di RM Bima Tirta, Sabtu (25/2/2017) lalu. Sejumlah narasumber yang juga kaum muda dihadirkan. Mereka cuap-cuap soal potensi kepemudaan yang bisa didorong untuk menjadi pemimpin. Membicarakan kaum muda dalam konteks kompetisi politik selalu aktual, karena merupakan kelompok mayoritas,  kekentalan semangatnya, dan letupan energi mudanya. Momentum itu memang menyuarakan pentingnya figur muda dalam  kompetisi Pilkada Kota Bima Tahun 2018 sehingga mampu memberi warna menuju perubahan yang lebih baik.

Jika diamati, ada sejumlah contoh figur muda yang dipercaya menjadi pemimpin pada berbagai daerah di Indonesia. Masyarakat memercayakannya untuk memimpin gerakan perubahan kondisi daerah.  Dalam kondisi normal, kaum muda memang memiliki semangat juang yang lebih tinggi melalui gebrakan dan inovasi. Mereka yang berani maju berkompetisi, biasanya sudah aktif menyiapkan diri dan memiliki modal sosial-ekonomi. Tidakserta merta maju begitu saja. Meski demikian, perlu diberi catatan, bahwa di antara mereka ada yang merupakan anak mantan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota. Artinya, tidak terlepas dari peran orang tua dan keluarganya.

Bagaimana dengan Pilkada Kota Bima 2018? Berdasarkan sejumlah nama  yang beredar, sebagian besar dari kalangan muda. Tinggal bagaimana kecerdasan masyarakat memilihnya nanti jika mereka masuk daftar berkompetisi. Pertemuan yang digelat KNPI Kota Bima itu patut diapresiasi sebagai wahana untuk menggelorakan kampanye perlunya kepemimpinan muda dalam semua dimensi dan atributnya. Tidak  hanya umur yang muda, tetapi spirit dan  idealisme yang terjaga rapi. Masalahnya ada juga kaum muda yang terjebak suasana, sehingga tidak maksimal mengimplementasikan idenya.

Seperti yang berkembang dalam pertemuan itu, partai politik kadang menjadi ganjalan munculnya figur muda potensial, karena kecenderungan politik transaksional. Dalam setiap kompetisi, seringkali terdengar ada mahar politik yang disetorkan. Meski internal Parpol kerap tidak mengakuinya di depan publik. There is no free lunch. Begitu kira-kira argumentasinya.  Nah, dalam konteks dan kondisi seperti itu, kaum muda Mbojo harus lebih awal menyiapkan diri dalam menguatkan dimensi perjuangannya. Ya, modal kontribusi sosial, modal ekonomi untuk ‘sembako politik’ dan menjaga sisi moralitas agar tidak menjadi bahan sorotan.

Apakah ada figur muda yang menghiasi kartu suara untuk dicoblos nanti? Kita tunggu saja. Proses politik yang cenderung cair dalam beberapa waktu mendatang akan menentukannya. Jika ada yang muncul, kita berharap mereka mengerti kebutuhan dan menjaga identitas kepemudaannya. (*)

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait