Connect with us

Ketik yang Anda cari

Dari Redaksi

Selamat Jalan Ina Ka’u Mari…

 

DOK ISTIMEWA

Innalillahi wainnailaihi rajiun. Kullun nafsin dza ikatul maut. Kita ini milik Allah dan dan kepada-Nya kita kembali. Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.  Dana Mbojo berduka. Kabar duka menyelimuti Dana Mbojo, Sabtu (18/03) sore lalu. Dr Hj Siti Maryam, SH, wafat di RSUD Bima dalam usia 90 tahun.

Ribuan kerabat dan warga mengangantar jenazahnya ke kompleks Masjid Sultan Muhammad Salahudin, Minggu (19/03) siang.  Dalam suasana mendung, rintik-rintik hujan, masyarakat berjubel. Di antara mereka terlihat berlinang airmata. Ada gambaran kedukaan yang menyapu wajah mereka.

Kepergian Ina Ka’u Mari merupakan kehilangan besar bagi daerah ini. Sosok teduh yang selalu berusaha berjarak dekat dengan siapa saja. Pembelajar hingga batas terjauh, dan perawat nilai budaya yang tidak akan terlupakan. Meski sudah ‘menyatu dengan bumi’ namun pengabdian, kiprah, dan jasanya tidak akan terlupakan. Generasi sekaranglah yang mesti melanjutkan rintisan dan gebrakannya. Selamat jalan Ina Ka’u Mari. Lalu apa yang bisa kita resapi?

Allah SWT menegaskan dalam Al-Quran bahwa setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Semua akan menuju lubang kematian. Hanya soal waktu yang membedakannya. Duluan atau belakangan. Hari ini, besok, atau lusa. Guliran waktu yang terus bergerak ke depan hanya isyarat pasti semakin berkurangnya durasi kehidupan.  Hal yang pasti, tidak ada garansi apapun soal umur manusia dan makhluk lainnya. Kematian setia mengintai kita setiap saat. Bahkan, detik per detik.

Lintasan waktu kehidupan seseorang adalah hak Allah SWT. Sang Sutradara Agung Kehidupan ini. Tidak ada yang mengetahuinya. Satu di antara sekian banyak rahasia mengapa kematian itu tidak diberitahukan adalah agar setiap saat manusia berlomba-lomba dalam berbuat amal kebaikan sebanyak-banyaknya. Medan kehidupan adalah wahana untuk mengeksplorasi nilai-nilai kebaikan untuk tabungan amal menuju perjalanan sunyi ke akhirat.

Bentangan kematian dan kehidupan memang dihadirkan untuk menguji siapa di antara kita yang terbaik dalam karya (amal). Inilah makna dari ayat ke-2 surah Al-Mulk. “Alladzi halaqal mauta wal hayata liyabluwakum ayyukum ahsanu amala…” Dari perspektif itulah,  mengambil i’tibar adalah tuntutan utama. Mari berlomba dalam kebaikan dalam medan tugas masing-masing. Fastabiqul khairat. Meniti jalur sirath al mustaqim, senyampang kesempatan masih ada. Mari kita menyelami setiap detak dan detik kehidupan, merefleksinya untuk memantapkan perjalanan ke depan. Kita jangan sampai terlena, karena sesungguhnya dalam jalur antrean menuju kematian itu.

Kematian terus mengintip. Setiap saat, kemanapun, dimanapun, dan dalam posisi apapun kita hari ini. Apakah seorang Presiden, Menteri, Gubernur, Wali Kota, Bupati atau apapun. Semuanya masuk ‘waiting list’ menghuni perkampungan ‘rumah masa depan’. Ayo, dalam kebeningan tafakur, mari ber-muhasabah di titik ini. (*)

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait

Peristiwa

Kota Bima, Bimakini.- Wafatnya putri Sultan Muhammad Salahudin, Dr Hj Siti Maryam, SH,  atau lebih dikenal Ina Ka’u Mari, Sabtu (18/03) sore lalu meninggalkan...