Connect with us

Ketik yang Anda cari

Dari Redaksi

‘Kursi Api’ di STISIP

 

DOK Iphul: Protes kebijakan kampus, mahasiswa STISIP Mbojo Bima membakar kursi.

ADA pemandangan kurang nyaman di halaman kampus Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIP) Mbojo Bima, Senin (3/4/2017) siang lalu. Kelompok mahasiswa setempat membakar kursi dan memecahkan kaca kampus. Memang eskalasinya tidak meluas, karena api hanya menari-nari dan membubung mengitari areal kampus. Pecahan kacanya pun hanya seluas tiga langkah kaki. Titik sorotannya adalah peristiwa itu terjadi di kampus dan melibatkan mahasiswa—intelektual muda yang sedang digembleng dan ditunggu kiprahnya di dataran sosial.

Lepas dari masalah yang membandrol sikap mahasiswa, namun pilihan tindakan seperti itu kurang elok. Masih ada cara yang bisa digunakan untuk menyampaikan aspirasi. Tindakan premanisme di bilik kampus selayaknya dihindari, tetapi mengedepankan sisi dialogis kontruktif untuk menemukan solusi masalah yang sedang dipersoalkan. Mahasiswa memang harus kritis, tidak melempem! Ketika muncul sesuatu yang dirasakan janggal, suara mahasiswa dan kelompok kritis ditunggu publik untuk memberi ‘opini kedua’ atau meluruskannya. Namun, tetap saja dalam semangat kaum intelektual. Kita berharap aksi bakar-bakaran di areal kampus yang melibatkan mahasiswa tidak lagi muncul, meskipun harapan seperti ini kerap mencuat seiring rangkaian kasusnya.

Aksi di halaman kampus STISIP Mbojo itu perlu dicermati bersama, karena sebelumnya ada harapan Wakil Bupati Bima, H Dahlan, soal bagaimana kaum muda mengekspresikan kreasi dan aspirasinya. Katanya, jangan sampai semangat pemuda meninggalkan api dan hilang semangatnya. Bila perlu, semangat harus berapi-api sampai selamanya…meskipun dalam konteks Deklarasi Cinta Damai di Desa Tonggorisa Kecamatan Palibelo, namun pesannya tetap mengena. Kaum muda memang selalu memiliki letupan hangat saat menyampaikan sesuatu. Apalagi, jika tidak segera direspons cepat.

Faktanya akhir-akhir ini, memilih tidak menemui massa aksi kaum muda saat beraksi, sama dengan menunggu sesuatu yang bisa terjadi di luar perkiraan. Kaum muda memang punya dinamika letupan tersendiri. Mereka memiliki energi tersembunyi atau laten yang bisa kontraproduktif jika tidak dipahami.  Intinya, jika ada riak-riak segera direspons dan diajak berbicara dalam suasana yang dialogis. Bila perlu sebelum mereka menuju medan demo yang penuh dinamika dan hiruk-pikuk.

Sekali lagi, semangat kaum muda memang harus berapi-api. Tetapi, jangan sampai menyulut api benaran yang bisa dipersepsikan minor oleh publik sebagai ‘terbakarnya dimensi sisi semangat kritis yang terkonversi anarkis’. Semangat kritis disertai sikap yang elegan sesuatu yang sejatinya melekat pada kaum muda…(*)

 

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.
Advertisement

Berita Terkait