Connect with us

Ketik yang Anda cari

Dari Redaksi

Bukan Muslim Ramadaniyun

 

Ilustrasi: https://elfaruq.files.wordpress.com

RAMADAN 1438 Hijriyah sepekan telah berlalu. Kini Syawal dalam dekapan. Apakah kita masih gesit dan bergairah dalam beragam ibadah pasca-Ramadan? Apakah malam-malam syahdu di bawah lantunan Kalam Ilahi masih terdengar. Tadarusan terdengar di mana-mana. Masihkah kita larut dalam tahajud,  lalu merengguh keberkahan sahur, sembari dzikir dan istighfar di sela-sela sisa waktunya? Berbagai pertanyaan sekaligus gugatan itu sejatinya akan dapat dilihat pada pembuktian Syawal ini.

Dalam hal Ramadan dan guliran waktu yang menyertainya, ada kata-kata menarik yang perlu direnungi bersama. “Kun rabbâniyyan, wa lâ takun ramadhâniyyan”.  Jangan menjadi manusia Ramadan, yang kuat ibadahnya karena berada di bulan Ramadan saja.  Namun, jadilah manusia pasca-Ramadan yang memiliki nilai kepribadian diri, penghambaan kepada Allah yang tidak kenal henti. Menjadi manusia bertaqwa tanpa batas, sesuai target yang diharapkan dari penggemblengan yang dilakukan selama Ramadan.

Ketika tamu agung itu sudah pergi, maka berkontemplasi, dan bermuhasabah seharusnya dilakukan. Semoga kita tidak menjadi manusia Ramadan, yang optimal ibadahnya selama sebulan saja, dan free di sebelas bulan berikutnya. Tetapi, kita menjadi manusia rabbâniy, yang selalu mengingat Allah kapan dan dalam bagaimana pun kondisi kita. Seperti karakter ulul albâb yang termaktub dalam Al Quran, “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring.” (QS Al Imran: 191).

Kini kita dalam Syawal. Janganlah kita sia-siakan dengan  perkara yang mungkar dan melalaikan. Syawal inilah yang akan membuktikan apakah selama Ramadan kita tergembeleng secara paripurna menjadi pribadi bertaqwa. Dataran Syawal inilah saatnya kita mengekspresikan kesalehan sebagai buah didikan Ramadan.  Janganlah kita menjadi Muslim Ramadaniyun.  Yaitu Muslim yang hanya berlomba-lomba melakukan amal shaleh saat  bulan Ramadan saja.

Momentum Syawal, yang berarti peningkatan itu, merupakan media awal untuk mengenjot kesalehan pribadi dan kesalehan sosial sebagai ekspresi pribadi taqwa. Pribadi yang selaras dengan tujuan akhir berpuasa sebagaimana diisyaratkan surah Al-Baqarah 183. Semoga! (*)

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait