Pernahkah Anda membayangkan jika 390.000 butir pil Tramadol dikonsumsi oleh 390.000 remaja dan pemuda di wilayah Bima? Lalu bayangkan pula imbasnya bagi kondisi kesehatan mental mereka. Tentu sangat membahayakan! Nah, pil sebanyak itulah yang disita aparat Kepolisian Resort (Polres) Bima Kota pada salahsatu jasa pengiriman. Pengambil paket dan pemiliknya yang sebenarnya sudah dibekuk. Syukurlah, setidaknya matarantai peredaran pada satu kasus bisa diputus.
Itu baru gambaran penyitaan paling akhir di Kota Bima. Bagaimana di Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu? Bukankah selama ini hari-hari pemberitaan media massa didominasi pil Tramadol? Ya, soal Tramadol telah menjadi objek kekuatiran masyarakat. Dalam kondisi pengaruh global dan dinamika sosial yang kian terbuka, maka remaja yang labil emosionalnya mudah terjebak. Mencoba hal-hal baru adalah kecenderungan mereka.
Berbagai cara dan modus dilakukan para pemasok untuk mendatangkan barang berbahaya itu di Bima. Diyakini yang tersita oleh aparat Kepolisian itu hanya sebagian dari gambaran luas kedalaman bisnis Tramadol. Kondisi itu tergambar dari pengonsumsinya yang sudah merambah pelajar. Itu berarti pil ‘setan’ Tramadol yang disalahgunakan itu memerlukan cara yang efektif untuk memberantasnya. Tramadol fungsinya cocok untuk kebutuhan tertentu dan sesuai petunjuk Dokter. Namun, pemakaiannya obat keras itu secara salah akan membahayakan.
Saatnya kita menabuh perang terhadap peredaran Tramadol yang disalahgunakan ini. Cara yang praktis adalah menelisik kondisi dalam keluarga, memahami bagaimana ciri-ciri dan pola perilaku yang remaja/pemuda yang keranjingan Tramadol. Selain itu, menyuluh anggota keluarga dan pelajar. Saatnya pula pihak sekolah dalam waktu yang tidak ditentukan merazia isi tas dan saku siswa. Demikian pula di rumah, orang tua memeriksa apa saja yang tersimpan di kamar anak. Begitu liciknya modus pemasaran Tramadol, pastinya harus diimbangi melalui teknis pemberantasan yang tidak kalah telitinya. Terintegrasi, simultan, dan tanpa kompromi.
Sekali lagi, pil ‘setan’ Tramadol ini harus menjadi common enemy, musuh bersama. Pil itu mengawangbirukan pikiran kaum muda hingga tidak lagi fokus pada tugas utamanya. Tidak bisa hanya mengandalkan aparat Kepolisian saja. Tetapi dikeroyok berjamaah dalam berbagai arah dan cara agar tidak ‘membumi’ di Dana Mbojo. Mari memulainya dari keluarga kita. (*)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.