Kapan kantor Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bima dipindahkan ke Kecamatan Woha? Gedung yang sedang dirampungkan itu kapan sih sebenarnya ingin ditempati? Kepastian waktunya kapan? Tanggal 5 Juli menuju Woha seperti yang dikoar-koarkan sebelumnya apakah bisa ditepati? Sejumlah pertanyaan itu sudah lama menggelayut di tengah publik, bahkan oleh aparatur Pemkab Bima. Soal pindah-memindahkan ini memang rumit diperbincangkan. Tampaknya isyarat terbaru menunjukkan janji yang terucap sebelumnya tidak bisa ditepati. Akhir tahun 2017 merupakan komitmen terbaru. Pada akhir pengakuan ini, semoga terwujud dalam aksi nyata. Mari mendoakannya.
Memindahkan suatu perangkat daerah berikut detail yang mendukungnya, harus diakui, tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Memang membutuhkan persiapan komprehensif. Memenuhi master plan yang disusun. Idealnya begitu. Tetapi, ada pandangan lain yang juga layak dipertimbangkan. Menunda-nunda kesempatan di tengah yang terus diperbarui, pilihannya juga tidak strategis. Bisa menjadi bumerang politik pencitraan.
Ada banyak konsekuensi logis yang hilang dari keuntungan yang didapatkan dari kondisi belum pindah ini. Contoh kecil, masih memertahankan Dinas Perpustakaan dan Arsip berada di Kota Bima, efektivitasnya dipertanyakan publik. Siapa sih yang menjadi sasaran pembacanya untuk dicerahkan pikirannya? Bukankah sebagian besar pelajar, mahasiswa, dan warga Kota Bima?
Sisi pandang yang disampaikan Kapolda NTB, Brigjen Firli, yang menelisik dari sudut pertumbuhan dan perputaran ekonomi, memang tidak bisa dinafikan. Semangat otonomi memang bermuara untuk membangun daerah pada berbagai sisi untuk kesejahteraan masyarakat. Dalam bahasa lain, jika suatu daerah masih “menggelayut manja” di dataran wilayah tetangga, maka sejumlah kesempatan berubah dan keuntungan melayang. Pada sisi keamanan dan kedewasaan masyarakat Kabupaten Bima, khususnya di seputaran ibu kota nanti, akan diuji sejauhmana kualitasnya.
Sekali lagi, bicara pindah ibu kota memang menghangatkan suasana. Nah, sekarang tinggal bagaimana mengalkulasikannya secara cermat multisisi signifikansinya bagi daerah. Kalau hingga sekarang Bupati Bima masih nyaman berada di Kota Bima, tentu sudah diperhitungkan semua dimensinya. Momentum peringatan Hari Jadi ke-377 Bima pada 5 Juli nanti harus dijadikan titik berangkat baru untuk memaduserasikan pikiran dan analisis cerdas sebagai bahan refleksi. Kita menunggu saja. (*)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.