SEJAK dua tahun terakhir, ada destinasi wisata baru di ujung Timur Kabupaten Bima dan Provinsi Nusa Tenggara Barat yang menyita perhatian publik. Pesonanya memukau. Pasirnya pink. Sangat lembut ketika diinjak. Ditambah suasana sekitar yang masih perawan dan bening air laut membiru. Bagi yang pertama mengunjungi, hanya decak kagum yang menyisakan pujian keindahan. Ya, itulah Pantai Torombala. Atau di tengah masyarakat lebih populer Pantai Pink. Destinasi primadona baru koleksi Kabupaten Bima. Bahkan, ada candaan baru yang menyengat rasa kedaerahan: belum sah menjadi warga Mbojo sebelum memijaki Pantai Torombala!
Jelas saja pesona Pantai Torombala menyihir pengunjung. Masyarakat Bima yang tinggal di luar daerah begitu gemas melihatnya dari dekat. Liburan Idul Fitri dua tahun terakhir, dalam sehari kapal yang merapat bisa mencapai sepuluh yang terisi 30 penumpang/unit. Liputan kru TV di pusat ibukota Jakarta pun telah menambah gaungnya. Di wilayah Kecamatan Lambu, memang sejumlah potensi wisata sedang menunggu polesan penataan dan dukungan dana. Butuh kegesitan menjemput pesona ini agar tidak terhampar begitu saja.
Dalam kerangka semangat inilah Bupati Bima Hj Indah Dhamayanti Putri dan Wakil Bupati (Wabup) Bima H Dahlan, bersama Kepala OPD mengunjungi Pantai Torombala, Sabtu (05/08) lalu. Kehadiran paket pemimpin itu bersamaan merupakan isyarat keseriusan merespons daya tarik. Ya, mengenal lebih dekat destinasi wisata viral di media sosial itu. Komitmen Bupati untuk menawarkan aset itu ke Pemerintah Pusat, merupakan sisi lain yang melegakan. Kita menunggu perjuangan Bupati di belantara ibukota sana untuk mendapatkan dukungan dana memadai memoles Pantai Torombala.
Sebelumnya, Wali Kota Bima, HM Qurais bersama pejabat menerabas tantangan medan menuju Pantai Torombala dari jalur darat. Bermalam di sana. Cedera tangan Wali Kota Bima, merupakan bagian lain yang masih berhubungan dengan ‘kuatnya medan magnet’ Pantai Pink. Kehadiran tiga pejabat Bima itu bermakna penting. Dari sisi kondisi wilayah, pengembangan potensi wisata alam dan pantai seharusnya menjadi titik tekan Kabupaten Bima. Selain pertanian, perkebunan, dan peternakan serta kerajinan.
Publik pun menunggu gaung komitmen Bupati untuk menjadikan Pantai Torombala mendunia. Bukan mimpi, karena di sekitar Pantai Torombala ada destinasi lain yang juga menyedot pengunjung. Sebut saja Tanjung Mariam, Pulau Kelapa, Pantai Lariti, Pulau Ular, Pantai Torowamba, dan Pantai Pasir Putih. Belum lagi, ke arah Selatan mengintip pesona Pantai Baku dan keperawanan suasananya. Jika berkolaborasi dengan pemerintah terdekat di ujung Barat Provinsi Nusa Tenggara Timur, maka ‘menduniakan’ Pantai Torombala bisa mewujud nyata.
Sembari mendukung Bupati Bima melobi dana ke Jakarta, mari kita agresif menjaga Kamtibmas. Khususnya di sekitar areal destinasi wisata. Berwisata, keamanan, dan kenyamanan itu bagian tidak terpisahkan. Bukankah begitu? (*)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.