Bima, Bimakini.- Ketua Pengurus Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Kabupaten Bima, Ir Nggempo, MT, meminta aparat Polres Bima Kabupaten agar bekerja profesional melaksanakan event pacuan kuda tradisional, menghilangkan kepentingan ekonomi dan komersialisasi dalam pacuan kuda. Hal itu karena kuda memiliki nilai filosofi tinggi dan suci dalam kehidupan masyarakat Bima saat itu.
“Sebelum masa kerajaan Bima, masyarakat lebih dulu mengenal dan bermain kuda, sehingga masa kerajaan pun, gambar kuda dicantumkan dalam simbol atau lambang Bima,” jelasnya saat menghadiri rapat panitia di Polres Bima, Selasa (22/08/2017).
Kata Nggempo, sejak itulah binatang kuda menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan Dou Labo Dana Mbojo. Masyarakat dunia mengenal Bima karena pacuan kuda berjoki cilik yang dinilai erat kaitannya bisa mengendalikan kuda dalam ikatan batin antara manusia dan binatang.
“Pacuan ini bukan hanya destinasi wisata Bima, namun ini adalah warisan budaya yang harus dipertahankan oleh generasi penerus, bila perlu harus ditingkatkan,” ujarnya.
Dia mengulas kembali sejarah berdasarkan apa yang dibacanya. Saat masa penjajahan dunia, ada 11 negara yang tidak bisa dijajah, karena negara tersebut memiliki kuda. “Perlu dibaca kembali sejarah bagaimana Bima ini sebelumnya, filosofinya binatang yang suci adalah kuda, jadi harus dilestarikan,” katanya.
Nggempo meminta agar menjadikan kegiatam ini sebagai hajatan yang berangkat dari nurani tulus dan ikhlas, menghilangkan unsur komersial, supaya apa yang dilakukan bernilai ibadah.
“Konitmen dan kekompakan harus ditunjukan maksimal supaya kegiatan pacuan kuda tradisional ini sukses. Kesuksesan panitia adalah kesuksesan kita bersama,” kata dia.
Dia meminta panitia agar hadiahnya bisa melebihi event sebelumnya sehingga menjadi sejarah masyarakat pecinta pacuan kuda. (BK34)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.