Connect with us

Ketik yang Anda cari

Dari Redaksi

Soal Kemiskinan

Dok portal berita buku

TAHUN2016 lalu, versi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Bima angka kemiskinan menurun sebanyak 0,4 persen. Atau sekitar 2.000 orang dari tahun 2015 dengan jumlah penduduk miskin mencapai 19.000 orang. Tentu saja lompatan penurunan ini menggembirakan. Penyusutan yang diharapkan terus meluncur deras ke bawah dalam takaran yang lebih banyak.

Sisi laporan penurunan ini perlu diberi catatan sebagai media untuk refleksi bersama. Ya, dalam diskursus pembangunan ada sejumlah  sisi yang dilihat sebagai alat untuk mengukur keberhasilan pembangunan. Meski masih ada sisi lain, setidaknya tiga hal ini memerlukan perhatian bersama. Yakni apakah dinamika pembangunan pada suatu daerah telah menurunkan angka kemiskinan, mendegradasi angka pengangguran, dan warna keadilan dalam makna sesungguhnya. Maksudnya, klaim pembangunan tidak akan berarti tanpa pergerakan trend positif ketiga sisi itu.

Nah, ketika arah pergerakannya positif, maka kecenderungannya perlu terus didorong agar lebih kencang. Sebaliknya, jika masih ada kendala, maka segera dicari solusi terbaik yang bisa dilakukan untuk memenuhi tujuan dan sasaran. Apalagi, Bappeda  setempat menargetkan tahun 2017 menurun sampai 1 persen dengan indikator makro.

Dalam kerangka membangun inilah, maka koordinasi lintas sektoral perlu segera dimantapkan. Keluhan yang kerap muncul, seperti pemotongan dana bantuan, sejak sekarang harus tegas diatasi. Demikian juga praktik-praktik pungutan yang di luar mekanisme aturan. Ada yang menyatakan seandainya seluruh program pemerintah dan alokasi dana yang disediakan benar-benar maksimal dikelola, maka lompatan kemajuan di Kabupaten Bima bisa segera diharapkan mewujud nyata.

Dalam upaya percepatan pengentasan kemiskinan itu pula, maka kita berharap ada terobosan-terobosan baru yang efektif meningkatkan pendapatan masyarakat. Misalnya, menggali potensi khas lokal yang bernilai ekonomi dan bisa melambungkan nama daerah di level nasional dan internasional. Komoditas bawang merah, jika melihat agresivitas para petani hingga saat ini, masih diharapkan menjadi primadona. ‘Si merah emas’ itu memerlukan dukungan kuat. Tinggal sisi pemasaran yang seringkali ‘dimainkan’ oleh tengkulak, merupakan pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.

Dari sudut lain, konteks pengentasan kemiskinan ini pula baru akan bernilai kuat jika Pemerintah Daerah mampu melibas ‘kemiskinan mentalitas’ oknum pejabat yang ingin dilayani dan mengangkangi hak rakyat. ‘Kemiskinan mentalitas’ yang mewabah di bilik birokrasi, apalagi para pemimpin, akan sangat berbahaya karena menggerogoti bangunan daerah yang diharapkan mampu membawa gerbong masyarakat menuju kesejahteraannya.

Pada skala masyarakat, ‘kemiskinan mentalitas’ juga sangat rawan dalam segala sisinya, karena memicu ketidaktertiban sosial dan instabilitas. Sesuatu yang bisa menggerogoti Bima RAMAH. Mari bermuhasabah di titik ini. (*)

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.
Advertisement

Berita Terkait