Connect with us

Ketik yang Anda cari

Ekonomi

Harga Pupuk Rp400.000 /Sak, Petani Bolo Meradang

Petani di Bolo saat aksi blokade jalan.

Bima, Bimakini.- Masalah kelangkaan pupuk kembali mencuat dan diprotes. Harga pasarannya pun melambung tinggi. Bayangkan, pupuk non-subsidi menembus angka Rp400.000/sak. Fakta itu ‘melilit leher’ petani. Ratusan petani dari Desa Bolo Kecamatan Madapangga Kabupaten Bima mereaksinya. Mereka memblokade jalan di persimpangan  Bolo desa setempat, Rabu (27/09/2017).

Para petani memblokir jalan  menggunakan baruga, kayu, dan batu. Aksi itu  lantaran terjadi kelangkaan pupuk dan harganya pun melejit. Mereka mendesak pemerintah segera menyetabilkan harga, apakah pupuk jenis non-subsidi atau pupuk subsidi.

“Warga kesulitan untuk mendapatkan pupuk, lalu  warga berbondong-bondong menghadang jalan,” ujar Koordinator lapangan, Yasin Bajang.

Dikatakannya, sebenarnya masalah pupuk ini tidak ada istilah langka. Akan tetapi, terjadi a kesalahan pihak distributor dan pengecer saat penyaluran. Bahkan, indikasinya telah menjual pupuk tidak tepat sasaran, sehingga berimbas pada para petani.

Selain itu, cara penjualan pupuk di desa setempat tidak sesuai  regulasi. Buktinya pengecer menjual pupuk kepada petani secara paketan. Hal itu sangat memberatkan petani. “Pupuk dijual paket, kalau tiga sak pupuk subsidi, harus dibarengi  1 sak non-subsidi, pola seperti itu menyimpang jauh dari mekanisme,” sorotnya.

Disarankannya, karena terjadi   banyak kecurangan saat penyaluran pupuk, warga meminta pemerintah memanggil pihak distributor dan pengecer untuk dimintai pertanggungjawabannya. Pemerintah dan PT Pupuk Kaltim didesak segera mencabut izin operasional distributor CV Lawa Mori karena dinilai tidak membantu kesejahteraan petani.

Abidin, petani  warga desa setempat mengaku, aksi yang dilakukan  karena melambungnya harga pupuk yang dijual oleh para pengecer. “Kita membeli pupuk sampai harga Rp400 ribu/sak, saya tidak tahu harga yang selangit seperti itu, walaupun itu pupuk non-subsisdi,” ujarnya.

Dia mendesak pemerintah harus menurunkan harga pupuk, disesuaikan dengan penghasilan petani.  Diakuinya, pupuk yang dijual seharga Rp400 ribu itu  non-subsidi.  Berdasarkan pengalaman setiap tahun, hasil panen  seperti kedelai dan padi saat dijual  diambil murah oleh para pedagang. Harga pupuk, obat-obatan atau pengeluaran sampai panen, petani harus mengeluarkan uang banyak.

“Intinya turunkan harga pupuk, mau itu pupuk non-subsidi atau pupuk subsidi,” desaknya.

Saat itu, aparat  Kepolisian  mengawal jalannya aksi yang dilakukan warga. (BK36)

 

 

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait

Ekonomi

Bima, Bimakini.- Kelangkaan pupuk menjadi momok menakutkan bagi petani. Betapa tidak, rebutan pupuk urea subsidi di tiap pengecer yang ada di Bima menjadi tontonan...

Ekonomi

Bima, Bimakini.- Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Bima menemui para pengecer serta para Kelompok Tani (Poktan) di Kecamatan Sanggar, Kamis (27/01). Pertemuan ini membahas...

Hukum & Kriminal

Mataram, Bimakini.- Ikatan Mahasiswa Bima (IMBI) Mataram menggelar aksi demonstasi di depan Kantor Mapolda NTB, Kamis, (9/12) dimulai pukul 09.35 Wita.  Puluhan mahasiswa menggedor...

Pemerintahan

Bima, Bimakini.- Pasca-unjuk rasa petani di Desa Bolo, Kecamatan Madapangga yang menyebabkan terjadinya blokade jalan lintas Bima Dompu hingga terjadi insiden bentrok, Sabtu (4/12)...

Peristiwa

Bima, Bimakini.- Buntut dari aksi hadang jalan yang dilakukan warga Desa Bolo, Kecamatan Madapangga, Kabupaten Bima, Sabtu (4/12). Pihak distributor CV Rahmawati menyalurkan pupuk...