Connect with us

Ketik yang Anda cari

Peristiwa

Kejepit Bak Dump Truck, Syamsudin Tewas


FOTO Oyan: Suasana prosesi pemakaman Syamsudin di pekuburan setempat, Senin.

Bima, Bimakini.- Kejadian naas dialami Syamsudin (25), sopir dump truck saat berada di lokasi PT Bunga Raya, Senin (11/09). Warga RT 05 Desa Ncandi Kecamatan Madapangga itu tewas terjepit bak dump truck miliknya. Peristiwa itu mengagetkan rekannya dan warga sekitar.

Bagaimana kronologinya? Informasi yang dihimpun, berawal saat korban mengisi bahan bakar solar. Sebelumnya, dump truck dalam keadaan diangkat baknya oleh korban. Setelah itu korban mengisi bahan bakar.
Saat mengisi bahan bakar, bak dump truck jatuh hingga sasis truk menjepit lehernya. “Jatuhnya bak hingga menjepit leher korban, saya tidak melihatnya,” ujar M Saleh, kakak kedua dari korban, warga RT 05 Desa Monggo. Saleh sehari-hari juga sopir pada PT Bunga Raya.

Diceritakan Saleh, jatuhnya bak itu masih menyisakan tanda tanya. Masalahnya, tidak ada satu pun yang melihatnya. Dia mengetahui kejadian itu setelah mendengar teriakan rekan-rekan sopir.

Setelah mendengar teriakan itu, langsung menuju lokasi kejadian yang jaraknya tidak jauh dari tempatnya saat itu. “Mendengar teriakan, saya langsung menuju TKP, ternyata korbannya adalah adik saya,” kenang Saleh.

Sebelum sampai di TKP, korban sudah diangkat dari jepitan bak dan sasis truk. Setelah dikeluarkan oleh rekan-rekannya, mengangkat korban dan membawa ke Pusat Kesehatan Masyarakat Madapangga. “Saya membopong adik saya naik ke dump truck menuju PKM Madapangga,” kisahnya.

Masih kata Saleh, saat perjalanan menuju PKM, Syamsudin sudah tidak bisa diajak bicara. Saat itu hanya memberitahukan agar mengingat Allah SWT. Beberapa saat kemudian, Syamsudin wafat di PKM Madapangga.

Warga RT 14 Desa Monggo Kecamatan Madapangga, Rifaid, yang juga kakak kandung korban mengaku menerima informasi duka itu setelah ditelepon oleh karyawan PT Bunga Raya. Saat itu menyuruhnya pergi ke PKM Madapangga untuk melihat kondisi Syamsudin.
Saat menerima telpon tersebut, diakuinya, sedang mengikuti acara doa syukuran tetangganya. “Saya hanya dikasihtahu lewat telepon, adik saya sudah berada di PKM Madapangga,” katanya.

Setelah tiba, melihat kondisi adiknya sudah tidak bernyawa. Kondisi tulang leher sudah patah dan beerdarah. Melihat hal itu, langsung pingsan hingga diangkat oleh warga dari tempat itu.

“Setelah melihat kondisi Syamsudin, saya langsung pingsan,” cerita Rifaid pascaprosesi penguburan Syamsudin.

Bersama keluarga hanya bisa pasrah karena apapun dalilnya, kejadian yang dialami Syamsudin merupakan garis nasib yang tidak bisa dielakkan. “Selaku keluarga, apa yang dialami Syamsudin adalah takdirnya,” ungkap Rifaid.
Syamsudin adalah anak kelima dari enam bersaudara. (BK36)

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.
Advertisement

Berita Terkait