Kota Bima, Bimakini.- Pendidikan karakter dimulai dari seorang pendidik, dimana guru adalah teladan bagi siswanya. Ketika guru mampu memberikan sebuah keteladanan, maka dengan sendirinya siswa akan menjadikannya sebagai inspirator.
Hal itu dikatakan Kepala Dinas (Kadis) Pendidikand dan Kebudayaan (Dikbud) Kota Bima, Drs H Alwi Yasin, MAP saat Seminar Nasional Pendidikan yang dilaksanakan SGI Kabupaten Bima bekerjasama dengan Penerbit Erlangga Wilayah Nusra, Sabtu (18/11/2017).
Dijelaskannya, karakter berkaitan perubahan prilaku pada murid-murid. Pendidikan karakter saat ini lebih banyak ditekankan pada kognitif siswanya dibandingkan aspek afektif dan psikomotorik.
“Paradigma ini harus diubah oleh guru-guru di sekolah. Guru-guru jangan hanya terpaku pada kurikulum, guru harus mampu meramu seni dalam pembelajaran di ruang kelas agar siswa mampu melahirkan konsep-konsep dan tindakan-tindakan yang mengarah kepada hal-hal yang baik,” ujarnya di aula SMKN 3 Kota Bima.
Lanjut Alwi, kurikulum hanyalah alat, bukan tujuan pendidikan. Setiap guru bisa melakukan metode-metode pembelejaran yang kreatif dan inovatif.
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) RI, Retno Listyarti menjelaskan dari guru adalah sutradara, pemain ataupun pelaku dalam pembelajaran di kelas. Siswa dapat diberikan sebuah aktivitas pembelajaran yang memberikan nilai-nilai transformasi kebaikan pada pembentukan karakter siswa.
“Ibaratkan seorang koki, mampu meracik menu – menu dengan berbagai macam jenis, sehingga masakan itu menjadi lezat,” ujarnya.
Guru, kata Retno, harus bisa melahirkan ide-ide kreatif agar metode pembelajarannya tidak stagnan. Harus dinamis mendidik sesuai dengan kondisi zaman dan guru bukan sebagai penceramah, tapi sebagai katalisator dan fasilitator.
Sementara itu, Ketua SGI Kabupaten Bima, Eka Ilham, MSi mengatakan, seminar ini bertujuan penguatan pendidikan karakter, peningkatan profefesionalisme dan kompetensi guru.
“Setelah seminar ini kami berharap dapat tercerahkan dan memberikan pencerahan pada peserta didiknya. Bahwasannya persoalan mengajar di sekolah bukan hanya persoalan hanya menggugurkan kewajiban sebagai abdi negara atau guru akan tetapi mempunyai tanggung jawab moral dan kepedulian terhadap masa depan anak bangsa ini,” ungkap Eka.
Dikatakannya, pendidikan karakter bukan hanya persoalan teori atau konsep akan tetapi metodelogi dan implementasi di lapangan. Agar nantinya mampu memberikan perubahan sikap dan prilaku baik pada guru, siswa, kepala sekolah, dan keluarga. Pendidikan menjadi tanggung jawab bersama. (IAN)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.