Bima, Bimakini.- Kegiatan pacuan kuda yang dilaksanaka selama ini telah memberi lapangan kerja bagi masyarakat. Apalagi ini menjadi salah satu identitas budaya masyarakat Bima dan sudah cukup dikenal luas.
Salah seorang penggemar pacuan kuda, Iskandar mengaku, budaya ini harus terus dijaga. Kritikan anggota dewan agar pecuan kuda menghasilkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) patut direspon. Namun, bukan berarti menghilangkan kegiatan yang sudah memberi dampak ekonomi bagi masyarakat.
“Teman teman dewan telah mengeluarkan gagasan terbaiknya untuk peningkatan PAD Pemerintah Kabupaten Bima, namun jangan menghilangkan budaya yang sudah ada,” pintanya di Woha, Kamis (23/11).
Diakuinya, pacuan kuda sejauh ini tidak menyumbang PAD yang besar. Namun disetiap pelaksanaan pacuan kuda banyak usaha yang bermunculan. Mulai dari kegiatan jual beli makanan dan minuman, termasuk rumput bagi pakan kuda.
“Berapa ratus penjual bakulan, warung, pelepas kuda, joky dan lainnya yang mendapatkan berkah dari pacuan kuda. Pacuan kuda merupakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Kabupaten Bima,” ungkapnya.
Hal serupa diungkapkan, Iswanto, warga Kecamatan Woha. Pacuan kuda telah menjadi hiburan bagi masyarakat. “Kalau tidak ada pacuan kuda, kami yang bergantung hidup pada pacuan kuda mau dapat uang dari mana,” jelas pawang kuda ini.
Dicontohkannya, saat pacuan kuda, joki bisa memeroleh uang Rp 5 juta lebih. Belum lagi yang memelihara kuda. “Kami bisa sekolahkan anak, karena cari makan dengan memelihara kuda orang lain,” jelasnya. (MAN)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.