Mataram, Bimakini.- Pemilihan Gubernur NTB 2018 mendatang dipastikan akan menarik animo masyarakat. Tingkat partisipasi politik dipastikan ikut meningkat, seiring dengan membaiknya persepsi rakyat tentang figur yang mengikuti konstestasi Pilkada ini.
Dalam analisis Lembaga Mi6, kecendrungan membaiknya sentimen positif dari rakyat, karena pesona figur memiliki magnet yang kuat. Baik dari latar belakang maupun talenta yang dimiliki.
Paslon Ali-Sakti diprediksi, bagi M16 akan memenangi PilGub NTB karena dianggap pernah mengikuti Pilkada Lotim 2013. Namun, harus melewati verifikasi factual perbaikan yang sedang berjalan, untuk memasttikan tiket pencalonan.
Selain itu sebagai calon independen, Ali-Sakti memiliki loyalis votter 303 ribu lebih suara by name, by adress yang siap menjadi avant garde.
Sementara Paslon Suhaili Amin yang diusung Golkar Nasdem dan PKB dengan 19 Kursi Parlemen equavalen 700’ribuan suara, tidak mudah dikalahkan oleh lawan politiknya. Karena kekuatan mesin politik partai maupun dukungan jamaah Yatofa dan kaum Nahdliyin yang jumlahnya cukup signifikan.
Baik Ali-BD maupun Suhaili-Amin dinilai menyadari memiliki bargain politik kuat. Maka sebagai playmaker politik utama, publik akan disuguhi pesona manuver politik yang handal oleh kedua figur tersebut dalam mengatur dan menggerakan gerbongnya meraih simpati dan dukungan rakyat.
Selanjutnya Mi6 menilai Ali Sakti dan Amin Suhaili pasti sudah mengkalkulasi dan berhitung secara cermat soal probabilitas maupun plus minus mengikuti perjudian politik ini. “Yang jelas mereka tidak ingin dipecundangi dengan mudah,” kata Direktur Mi6, Bambang Mei Finarwanto, SH yang didampingi Sekretaris Mi6, Lalu Athari Fathullah,SE, Jumat.
Selain itu , kata Bambang Mei Finarwanto , bagi Ali-Sakti dan Suhaili-Amin , konstestasi Pilgub NTB ini dianggap sebagai lompatan karier politik ke jenjang lebih atas. “Hal ini karena mereka punya track record bertarung di arena Pilkada dan sama sama menang dua kali,” ujarnya sambil menambahkan wajar jika Pilgub NTB ini dijadikan final battle.
Menurut Didu panggilan akrab Direktur Mi6, sebagai gladiator politik yg mumpuni, kedua paslon tersebut saat ini terlihat masih saling menjajaki ketahanan gerakan politiknya dalam memperebutkan simpati rakyat. “Suhaili Amin itu, ibarat burung Nazar yg tetap memantau dari kejauhan setiap pergerakan rival politiknya ,” kata Didu.
Sebaliknya, Cagub NTB, Ali BD nampak makin agresif lewat kontruksi manuver politik paradoks yang kerap kontroversial. “Ali BD sengaja membangun opini kontroversi politik sebagai upaya menaikkan citra posisi tawarnya,” lanjutnya.
Bagi Didu, rangkaian kontroversi yang dicuatkan Ali BD sebagai bagian mengedukasi dan memberikan pencerahan politik. “Rakyat harus dibangunkan kesadaran politiknya agar peduli terhadap realitas sekelilingnya ,”ungkap Didu.
Dilain pihak, lanjut Didu, paslon Suhaili-Amin justru menjauhi politik konfrontasi. Karena menjadi kontra produktif, jika harus menambah lawan politik diluar ring. “Suhaili Amin terkesan low profile dan adem ayem dibalik gesekan politik yang ekskalasinya cenderung meningkat,” ujarnya lagi.
Keduanya, kata Didu tentu ingin menjadi yang terbaik dimata konstituen. “Semua media dipakai untuk membranding tampilannya agar makin perfect tapi berbeda strategi taktiknya,” imbuhnya.
Peta Dukungan dan Taktik Strategi
Sementara itu Sekretaris Mi6, Lalu Athari Fathullah mengatakan, mengetahui dan mengukur ekspektasi persepsi publik, mereka memasang jaring pengaman politik yang bisa meng up date secara berkala elektabilitas maupun untuk mengetahui sisi kelemahan team worknya. “Lembaga Survey dan Media pasti menjadi salah satu referensi utama melihat kecendrungan isu isu yg berkembang maupun pergerakan Paslon lain,” ungkap Athar.
Lebih jauh, Athari mengulas salah satu parameter elektabilitas atau popular vote paslon. Selain hasil hasil perolehan suara dalam proses politik sebelumnya, juga survey lembaga politik dalam melihat ekspektasi pemilih.
Lembaga Survey, lanjut Athar, sebagai tools mengukur capaian kerja politik dalam maraih persepsi dan ketertarikan konstituen. “Survey politik penting karena memiliki mekanisme dan metodologi yg bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, khususnya berdasarkan ilmu statistika,” ungkapnya sembari memprediksi baik Ali Sakti dan Suhaili Amin memakai lembaga survey sebagai acuan pergerakan politiknya di basis.
Meskipun demikian, imbuh Athar harus dipahami bahwa survey itu hanya tools untuk mengukur tingkat elektabilitas calon pada saat itu. “Survey itu hanya semacam petunjuk awal yang terlihat sesaat dan tidak menunjukkan jumlah perolehan suara,”ujarnya sambil mengatakan hasil Survey pada akhirnya merupakan salah satu tools utk mengambil keputusan dan strategi politik dlm konstestasi politik ini.
Terkait peta dukungan , sambung Didu , dengan loyalis votter by name , by adress tersebut. Kerja politik paket Ali Sakti di basis lebih mudah karena sudah tahu mapping suara pemilihnya.
Guna memaksimalkan dan memperluas dukungan pemilih lainnya, kata Didu, Ali Sakti cukup menugaskan 303 ribu loyalis vottersnya tersebut merekrut dan merawat tiga orang pemilih saja secara intens dipastikan memenangkan PilGub NTB. “Maka dengan 1,2 juta pemilih Ali Sakti akan menjadi pemenang PilGub ntb dengan catatan tidak ada turbulensi politik yang mengganggu kinerja Ali Sakti dimata publik,” ungkap Didu yang juga mantan Direktur Eksekutif Daerah Walhi NTB ini.
Paket Suhaili-Amin, lanjut Didu tentu akan memaksimalkan kerja mesin politik parpol pengusung plus relawan loyalis nya , khususnya dari Jamaah Yatofa dan kaum Nahdliyin.” Selain itu peran cawagub moh amin dalam memback up perolehan suara pulau sumbawa tidak bisa dianggap remeh,” ujarnya.
Dalam kontek ini, kata Didu, Paket Suhaili-Amin untuk wilayah Mbojo perolehan suaranya kelak diprediksi cukup signifikan, khususnya di Kota dan Kabupaten Bima. “Ketua Golkar Kabupaten Bima yang juga Bupati kabupaten Bima tentu akan diinstruksikan memaksimalkan peran dan power politiknya,” sambung didu sambil menambahkan untuk Kota Bima , peran Cawalkot Bima, Lutfi yang diusung Golkar tentu tidak tinggal diam memenangkan Suhaeli-Amin juga.
Untuk Lombok Barat dan Kota Mataram mesin politik partai Golkar akan memainkan peran strategis untuk memenangkan Suhaili-Amin karena dua wilayah ini lumbung tradisional suara utama Golkar dari masa ke masa. “Meskipun demikian tetap terbuka celah suara Golkar terbelah karena Faktor Ahyar Abduh,” cetus Didu.
Selanjutnya PKB NTB, ulas Didu , dengan melihat kecendrungan politik yang mengemuka ke public,. agaknya PKB NTB perlu membuka dialog dengan NU maupun sayap pemuda Nahdliyin lainnya. Ini terkait sejumlah putusan politik yang dianggap tidak elok.
“PKB NTB saat ini mengalami situasi yang dilematis terkait relationshipnya dengan NU maupun kaum muda NU lainnya yang mendukung paslon diluar Suharli Amin,” pungkasnya. (PUR)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.