Bima, BimaEkspres.- Bagaimana pengakuan Suhada (27), ibu dari bayi yang meninggal di RSUD Bima dan mambawa mayat anaknya dengan ojek? Rupanya penuturannya tentang kronologis berbeda dengan pengakuan pihak BLUD (RSUD) Bima.
Berdasarkan pengakuannya di Desa Waro, Kecamatan Monta Kabupaten Bima Jumat (16/3), awalnya diminta oleh oknum bidang RS biaya Rp 1,8 juta, supaya jenajah bayi baru bisa dipulangkan ke rumah duka. Bahkan proses pengurusan pemulangan bayinya yang sudah meninggal cukup lama, hingga malam hari.
Itu pun, akunya masih dipersulit oleh bidan. “Kondisi saya masih lemas tidak mampu bergerak apalagi mengurus itu. Akhirnya iurus suami saya,” tuturnya di kediamannya di RT 07 RW 03 Dusun Waro Timur.
Disesalinya, karena bayinya yang sudah tidak bernyawa harus berjam-jam dalam kemar jenazah. “Saat itu kami tidak miliki banyak biaya, karena miskin saya menggunakan keterangan tidak mampu dari Desa. Tapi oleh bidan tidak memperbolehkan membawa pulang jenazah anak saya, karena harus membayar lunas dulu semua biaya,” ungkapnya.
Dia yang masih tidak berdaya karena baru lima hari usai melahirkan, hanya bisa berdiam di tempat. Sehingga pengurusan dilanjutkan oleh suami hingga ke meja kasir ruangan tersebut.
Hal itu diakui Jufrin, suaminya. Bidan tidak mau menerima surat keterangan tidak mampu dari Desa dan Camat. Mereka tetap maksa meminta biaya sebesar Rp1,8 juta.
Lanjut dia, karena saat itu tidak memiliki biaya, sehingga tidak berani menggunakan ambulace. Begitupun pihak rumah sakit tidak menawarkan mobil ambulance, mengigat kondisi sudah malam dan jarak yang jauh.
“Pokoknya lama baru bisa jenazah anak saya kelaur dari rumah sakit tampa mobil ambulance. Setelah Buku Nikah, KTP dan KK saya jadi jaminan. Parahnya lagi surat-surat yang disimpan dalam tas itu, ditarik paksa oleh perawat sebagai jaminan,” bebernya.
Karena sudah kelaur dari rumah sakit, dia langsung memutuskan menggunakan ojek. Karena biaya angkot yang ditanya mahal.
Oknum bidan tadi juga memaksa mereka untuk kembali pagi hari, untuk membawa uang tebusan. “Yang membuat saya meneteskan air mata, bidan itu mengatakan pagi-pagi harus bawa uang tebusan dan biarlah orang lain yang menguburkan jenazah bayi itu,” ujarnya.
Kata dia, saat memulangkan janazah bayinya, harus menempuh perjalanan lebih 60 km. Serta melewati jembatan putus dengan ketinggian air di bawah lutut orang dewasa, sambil melindungi jenazah bayinya menggunakan plastik. “Anak saya dikuburkan kemarin jam 8 pagi,” pungkasnya. (MAN)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.