Bima, Bimakini.- Ingin menghapus stigma sebagai desa yang kerap berkonflik, warga Dadibou, Kecamatan Woha, menggelar lomba layang-layang. Lomba ini diikuti mulai dari anak-anak hingga dewasa
di areal persawahan.
Bahkan, kegiatan ini sudah berlangsung lima hari. Masyarakat antusias menyaksikan lomba yang dianggap baru bagi mereka.
Ketua Penyelenggara Abubakar mengatakan, selain menarik, juga menghibur. Lomba layang-layang ini sekaligus tempat silaturahim antarwarga.
“Lomba layang-layang ini sebagai hiburan masyarakat, kami ingin menghadirkan yang baru di masyarakat. Semoga dengan hiburan ini juga dapat menghilangkan asumsi publik tentang sejarah Desa Dadibou yang muncul beberapa tahun silam,” katanya, Kamis (21/6).
Kata dia, lomba layang-layang ini akan menjadi agenda tahunan dan diikuti puluhan peserta. “Karena ini pertama kali, kami hanya melombakan empat kelas, dengan kategori penilaian hanya ketinggian saja, dalam satu race diikuti enam peserta,” jelasnya.
Kata Abubakar, setiap peserta dikenakan uang pendaftaran Rp 100 ribu untuk enam buah layang-layang. Ukuran layang-layang menurut mantan anggota Kopasus itu bebas.
“Hadiah lomba ini bervariasi, tergantung jumlah peserta, karena hadiahnya dari pendaftaran peserta, bisa ratusan dan jutaan,” katanya.
Sementara Syahrul Amar, selaku uuri mengatakan, lomba layang-layang ini sudah berlangsung sejak lima hari setelah idul fitri. “Kami menilai pemenang sekali main hanya 2 menit, diambil tiga layang-layang, yang paling tinggi dan tegak itu yang menang,” jelasnya.
Sementara Babinsa Dadibou Serma Junaidin mengapresiasi inisiatif masyarakat binaannya. Lomba layang-layang ini berawal dari beberapa pemuda yang membuat layang-layang kemudian memainkannya di malam hari dengan dihiasi lampu kelap kelip.
“Mereka memainkannya malam hari selama puasa, karena ada kesepakatan dan koordinasi dengan Pemdes, makanya disepakati untuk digelar selesai lebaran,” ujarnya.
Dia juga mengatakan, lomba ini sebagai bentuk pembinaan karakter masyarakat agar lebih memiliki pemikiran maju. Sebab masyarakat luar mengenal Dadibou sering terlibat konflik.
“Tujuan kami hanya satu, supaya masyarakat tidak lagi mengulang perkelahian kampung seperti tahun sebelumnya yang dijuluki zona konflik, kita ingin masyarakat Dadibou ada perubahan dan pola perilaku yang positif,” kata dia. (MAN)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.