Bima, Bimakini.- Untuk mengatasi kekeringan yang terjadi belakangan ini, petani So Tolobedi Desa Tambe, Kecamatan Bolo, harus menggunakan mesin pompa air mengairi sawah. Lahan yang biasanya tiga kali produksi dalam setahun, kini terancam kekeringan.
Petani setempat, H Yusuf, mengaku, selama ini belum pernah menggunakan mesin pompa air untuk mengairi persawahan, sebab tanah di sekitar So Tolobedi kelebihan air.
“Sawah di So Tolobedi dan La Reo tidak pernah kekeringan seperti ini. Biasanya kami menanam padi sampai tiga kali,” ujar petani So Tolobed di Lokasi, Jum’at (06/7).
Yusuf mengaku, kekeringan saat ini untuk pertama kali dialami petani. Namun musim kemarau terlalu cepat, sehingga berdampak pada kekeringan. “Sehingga petani harus mencari alternatif untuk mendapatkan air,” ujarnya.
“Kita sudah bor di pematang sawah, tapi hasilnya pengeboran kecil. Terpaksa kami gunakan mesin pompa air,” tambahnya.
Selama ini, lanjut dia, petani tidak memanfaatkan air di parit. Karena air dalam areal persawahan di Sungai Karombo Desa Tambe sulit dikeringkan.
“Selama ini yang digunakan air Sungai Karombo. Sekarang sudah kering,” tuturnya.
Sutomo mengaku, kekeringan dialami petani di So Tolobedi merupakan sejarah pertama. Karena tanaman padi sudah tumbuh besar, sehingga tidak bisa berbuat banyak. “Melainkan harus mengeluarkan biaya untuk membeli bensin,” ujarnya.
“Selama kekeringan ini kami sudah mengairi sawah dengan mesin pompa air dan kami harus mengeluarkan biaya untuk membeli bensin,” pungkasnya. (YAN)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.