Kondisi taman dan jam gadang pada tugu di persimpangan Masjid Raya Al-Munawarah Sape, saat ini amburadul. Padahal, itu pemandangan pertama saat memasuki kota Sape. Jam gadang sudah lama rusak, tembok taman terlalu tinggi sehingga menghalangi pandangan para pengendara. Selain itum arus lalulintas di kompleks pertokoan Sape kerap macet. Kondisi itu direaksi oleh sejumlah warga Sape.
Facebooker, Ash Yadin Norick, misalnya menggugat kondisi tugu di persimpangan itu yang sudah amburadul, tidak seperti beberapa tahun sebelumnya. Melihat kondisi saat ini ironis. Bagaimana tidak, tugu yang dulunya merupakan bagian terindah dari Kecamatan Sape, kini keberadaannya sudah sangat memrihatinkan.
“Dulu punya jam gadang, sekarang tinggal cerita. Tugu yang merupakan miniatur Sape sudah selayaknya kita jaga bersama, bentuknya sekarang sudah tidak karuan, di sana-sini terparkir benhur, ojek tanpa teratur, sampah di mana-mana, masihkah kita bangga dengan itu?,” katanya dalam status Facebook-nya di Sape Commnunity, Rabu sore.
Dikatakannya, perekonomian Sape memang beranjak maju, tetapi apakah karena mengejar kemajuan ekonomi, pengembangan wilayah tidak boleh dilupakan. “Kesadaran kita, masyarakat dan pemerintah tampaknya kian hari kian luntur,” gugatnya.
Menurutnya, wajah Sape itu indah, tetapi saat ini masalah kebersihannya masih dipertanyakan. “Apakah kita sebagai masyarakat Sape pernah berpikiran bahwa suatu saat Sape akan menjadi daerah wisata? Mari kita menjadikan pertanyaan tersebut sebagai PR kita bersama,” katanya.
Facebooker lainnya, Pangeran Jerry menilai di persimpangan Masjid Raya Sape itu terlalu banyak pengojek yang mangkal, sehingga terkesan semrawut. Dia menyarankan agar pengojek dan benhur tidak dibolehkan mangkal di lokasi itu karena menganggu pemandangan. Apalagi, areal itu pertama dilihat masyarakat yang memasuki wilayah Sape.
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.
