Mahasiswa STKIP Taman Siswa Bima, Haerudin (22), korban penembakan oleh aparat Kepolisian saat aksi demo penolakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), hingga Rabu (4/4) masih dirawat intensif di ruangan VIP B kelas II C RSUD Bima. Kondisinya sudah berangsur pulih. Bahkan, Senin (2/4) lalu sempat pulang ke rumahnya di Desa Tangga Kecamatan Monta ditemani anggota Kepolisian.
Haerudin mengaku belum mengetahui sampai kapan akan dirawat, karena belum ada informasi dari pihak dokter. Begitu pun luka tembak yang dideritanya belum diberitahukan oleh medis hasil visumnya, sehingga belum bisa memastikan jenis peluru yang menembus paha kiri hingga tangan kanannya.
“Alhamdulillah keadaan saya sudah membaik, tetapi kalau mengenai luka saya juga sampai sekarang belum diberitahukan oleh pihak Rumah Sakit,” jelasnya di RSUD Bima.
Namun, katanya, dari hasil luka yang dideritanya memastikan bahwa kepolisian tidak bisa mengelak lagi kalau itu merupakan luka akibat tembakan. Hal itu karena sempat melihat serbuk peluru yang menempel di sekitar lukanya sebelum dibersihkan oleh pihak medis.
“Tidak mungkin ini bukan karena peluru, kalau dikatakan seperti itu berarti sudah ada upaya untuk menyembunyikan kasus saya,” ujar kader HMI Cabang Bima itu.
Dia tetap percaya dan memberikan kewenangan itu kepada Kepolisian untuk menyelidikinya dan HMI juga tetap akan mengawal kasusnya hingga tuntas, sehingga tidak ada ruang “bermain” bagi siapapun. Bahkan, laporan tentang kasusnya diakui telah dikirim ke PB HMI untuk ditindaklanjuti.
Saat itu, terlihat sejumlah teman kuliah korban yang datang membesuk silih-berganti. Mereka mengharapkan Haerudin segera sembuh dan aktif kuliah lagi seperti biasa. “Semoga kasus Haerudin bisa segera dituntaskan oleh pihak Kepolisian dan juga segera menangkap pelakunya,” harap Endang Herawati, teman kuliah korban.
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.
