Aksi penyerangan, perusakan, dan pembakaran inventaris Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bima, bukan aksi spontanitas individu. Bukan pula hanya sekadar aksi simpati terhadap Wakil Wali Kota Bima, H. A. Rahman, SE, karena mobil dinas (Mobdis) dilempari. Tetapi, bisa dianggap sebagai bentuk teror terhadap gerakan mahasiswa. Pandangan ini disampaikan oleh Damhuji, M.Pd, akademisi STKIP Taman Siswa kepada Bimeks, Senin (2/4).
Damhuji menilai, perusak inventaris HMI dilakukan kelompok yang terorganisasi. Bukan tidak mungkin pelaku adalah orang yang sesungguhnya kenal dan dekat dengan Wawali. “Tidak mungkin dilakukan oleh orang yang tidak mendukung atau dekat dengan Wakil Wakil Kota Bima,” ujarnya di Dara, Senin (2/4).
Mestinya, kata Damhuji, pasca-pelemparan Mobdis-nya, Ketua HMI Bima dipanggil untuk mengelarifikasi pelemparan itu. Ini bisa saja menjadi pintu membangun komunikasi. “Kenyataan ini juga bisa menunjukkan bahwa sesungguhnya pemerintah tidak dekat dengan kelompok mahasiswa,” katanya.
Menurutnya, penyerangan sekretariat HMI Bima sangat berbahaya dan sama halnya teror terhadap gerakan mahasiswa atau masyarakat yang ingin mengeritisi kebijakan pemerintah. Kelompok kritis bisa saja kuatir, ketika melakukan aksi demo jangan sampai diserang.
Pandangan serupa disampaikan oleh Asrul Raman, M.Pd, akademisi STKIP Taman Siswa. Dia menilai, penyerangan sekretariat HMI Bima itu menjadi preseden buruk bagi citra Kota Bima saat memasuki usia ke-10.
Jangan sampai, kata dia, apa yang dilakukan oknum penyerang sebagai tindakan yang dibenarkan. Seolah Pemerintah Kota Bima besar dan aman dengan keberadaan para centeng yang siap melindungi melalui tindakan anarkis. Apalagi, perusak inventaris dalam kondisi mabuk dan bertentangan dengan spirit Magrib Mengaji. Apalagi, kejadian itu menjelang Magrib. “Ini menunjukkan sesungguhnya masih ada ‘pekerjaan rumah’ bagi Pemerintah Kota Bima menata masyarakat agar menjaga kondusivitas wilayah,” katanya.
Asrul juga menguatirkan jika pola ini dapat membungkam gerakan mahasiswa. Jangan sampai sikap kritis mahasiswa dibalas dengan tindakan represif oleh orang dekat para pejabat di daerah ini. (BE.16)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.