Sebagian masyarakat Desa Donggo Bolo Kecamatan Woha Kabupaten Bima Sabtu (31/3) lalu mengeluhkan biaya penggilingan. Mereka memrotes kenaikan biaya yang sifatnya mendadak tanpa pemberitahuan lebih awal.
Warga setempat, Maktu, mengeluhkan perilaku pengusaha penggilingan yang secara sepihak dan mendadak menaikan biaya. Sebelumnya biaya tersebut per 100 Kg hanya Rp30 ribu saja, namun mendadak menjadi Rp40 ribu. “Kami dikagetkan dengan kenaikan biaya penggilingan dan kami tidak menerima itu, karena sifatnya dadakan,” ujarnya melalui telepon seluler.
Diakuinya, pihak pengusaha berdalih bahwa seluruh penggilingan di Kecamatan Woha telah menaikan biaya dan itu disamaratakan. Namun, menurut informasi yang dihimpunnya banyak penggilingan di Kecamatan Woha yang tidak menaikan biaya tersebut. Akibatnya, masyarakat Donggobolo memrotes dan mengancam akan berdemonstrasi.
Katanay, karena masyarakat protes dan sedikit bersitegang dengan pemilik penggilingan, akhirnya tidak menaikan biaya, apalagi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI batal menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang direncakan 1 April. “Kami akan menerima kenaikan itu, kalau saja BBM naik, tapi kok secara tiba-tiba dinaikan, apa lagi BBM gagal dinaikan harganya,” ungkapnya.
Aksi protes masyarakat berimbas pada kehadiran masyarakat lain yang mendengar kenaikan biaya penggilingan secara mendadak, untungnya aksi itu tidak berujung anarkis. Dia berharap perusahaan penggilingan agar bersikap objektif saat menaikan biaya, mampu melihat situasi dan kondisi masyarakat setempat serta mengaitkannya dengan kenaikan harga BBM.
Dia sangat menyayangkan ulah oknum yang mencoba menaikan biaya penggilingan saat para petani memanen padi. Para petani akan terbebani, karena saat ini sudah banyak mengeluarkan biaya produksi. (BE.18)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.
