
Penjual ayam
Pasca-merebaknya kasus Flu Burung (H5N1) yang menewaskan ribuan ayam di wilayah Kota dan Kabupaten Bima beberapa waktu lalu, memengaruhi ketersediaan ayam di pasaran. Imbasnya, kini para pedagang pengumpul mengaku kesulitan mendapatkan pasokan ayam dari pedagang keliling.
Sebelum merebaknya kasus flu burung, setiap hari pedagang menerima kiriman ayam sebanyak 100ekor hingga 150 ekor.Namun,setelah merebaknya kasus flu burung, pasokan ayam turun drastis. “Biasanya tiap hari kita mendapat ayam dari pembeli keliling hingga 150 ekor. Tapi kini paling banyak hanya 70hingga 90 ekor saja,”ujar Arif Muhammad, pedagang ayam,Minggu (15/4).
Warga Lingkungan Salama Kelurahan Nae ini menduga, kurangnya pasokan ayam,karena banyak ayam penduduk yang mati akibat serangan Flu Burung.
Dikatakannya, minimnya jumlah pasokan,praktis harga ayam hidup naik. Selain itu,berkurangnya ayam menyebabkan berkurangya pasokan ke sejumlah rumah makan dan restoran langganan mereka. “Biasanya tiap hari puluhanpelanggan dari rumah makan dan warung yang ada kita bisa pasok rata-rata 20-25 ekor. Namun,kini kita hanya sanggup memenuhi 9- 15 ekor saja,”ujar Arif.
Kondisi itu, telah dijelaskan Arif pada para pemilik warung dan mereka pun memahaminya. Para pedagang yakin kondusi ini akan segera pulih setelah kasus Flu Burung mulai menghilang. Kondisi ini biasanya akan membaik setelah 2-3 bulan ke depan. “Kita berharap beberapa bulan ke depan pasokan ayam akan kembali normal,”ujarnya.
Hal senada dikemukakan Mahmud. Pembeli keliling ini mengaku,kesulitan mendapatkan ayam, karena banyak ayam warga yang mati saat merebaknya flu burung beberapa waktu lalu. Kendati telah keliling mencari di beberapa desa dan kecataman,namun sulit mendapatkan ayam. “Warga bilang ayam mereka banyak yang mati. Bahkan,ada sejumlah desa yang ayam warganya hampir mati semua,”ujarnya. (BE.14)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.
