
Kapolda NTB, Brigjen (Pol) Arief Wachyunadi
Ada yang berbeda dari kunjungan Kapolda NTB, Brigjen (Pol) Arief Wachyunadi, ke Bima, Selasa lalu. Dia kembali menggaungkan komitmen Polri, khususnya pada wilayah hukum Bumi Gora. Komitmen melindungi, mengayomi, dan melayani masyarakat. Namun, masih sisi demokratis yang ditawarkannya. Polda NTB membuka diri diawasi, ditegur, dan dikritisi oleh masyarakat.
Tentu saja, ada angin segar berhembus. Apalagi, masyarakat Bima memiliki memori segar soal beragam kejadian yang menghebohkan Bumi Gora ini. Komitmen keterbukaan sikap itu mesti diapresiasi oleh publik, sekaligus dijadikan momentum untuk meningkatkan peran semua komponen masyarakat sebagai ‘sparing partner’ Kepolisian.
Gaung perubahan paradigma Kepolisian selayaknya menjadi pintu masuk bagi masyarakat untuk mengintip lebih teliti apa saja yang dilakukan aparat ketika memenuhi motto “tekadku adalah pengadian terbaik”. Tantangan Kapolda itu pula mesti menjadi motivasi atau semacam peringatan dini bagi anggota agar menyinkronkan langkah dalam medan tugas masing-masing.
Sikap terbuka Kapolda yang menyilakan menegur setiap anggota Kepolisian yang berperilaku tidak etis dan tidak bermoral, juga perlu disambut gembira oleh publik. Dalam bahasa Kapolda, tidak boleh ada Polisi yang berperilaku tidak baik, seperti memeras dan lainnya. Nah, kalau Kapolda NTB menggaungkannya kembali, kita mengharapkan juga menjadi media evaluasi bagi korps baju coklat itu untuk menata langkah. Harus dikatakan, hingga saat ini persepsi publik terhadap aspek pelaksanaan bidang hukum dan dinamika pelayanan Kepolisian belum sepenuhnya mengembirakan.
Suasana batin masyarakat ini menjadi tantangan bagi aparat Kepolisian pada berbagai level untuk membungkamnya. Ya, dengan kembali menegaskan komitmen terhadap tugas dan tanggungjawab yang diemban.(*)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.
