Connect with us

Ketik yang Anda cari

Opini

Wanita, diantara Karier, Suami dan Anak

Oleh : Musthofa Umar

Momen 21 April atau hari Kartini beberapa waktu lalu masih bisa untuk kaji, sebagai referensi kita dalam menjalankan kehidupan ini. Sisi yang ingin saya tulis dalam hal ini adalah, bagaimana posisi seorang wanita diantara karier  mereka   suami dan  anak-anak   mereka.  Sangat   jauh beda   dengan   zaman R.A Kartini, yang waktu itu hidup sebagai priyayi di zaman tradisional dan tekanan penjajah. Kalau melihat ke belakang sejenak, emansipasi saat itu luar biasa. Seolah-olah hidup pada zaman itu, tidak ubahnya dengan zaman Jahiliyah pada masa Rasululullah belum hadir. Wanita saat itu tidak boleh lahir bahkan, apalagi kerja dan sekolah.

Rasulullah hadir, membawa Islam dan meniadakan tradisi-tradisi seperti itu. Walaupun di Arab Saudi sendiri, untuk pekerjaan yang sedikit lebih dari rumah tangga, wanita sangat dilarang. Sehingga kalau ada wanita jadi pilot saja, hebohnya bukan main. Gambaran ini, tidak jauh beda dengan zaman Kartini kala itu. Dan saat ini Indonesia tidaklah sama dengan zaman kolonial Belanda atau Aarab Saudi. Wanita-wanita Indonesia bisa dengan leluasa berkarier apa saja. Dengan sayarat tentu seizin suami apabila sudah menikah dan sepengetahuan orang tua mereka jika masih sendiri. karier yang diperbolehkanpun tentu masih dalam koridor-koridor agama Islam.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Dalam klasifikasi ayat-ayat Al-Qur’an, sebanyak 62 surat dan 72 ayat kata-kata wanita/perempuan tersebar. Malah Allah secara spesifik menjadikan Surat dalam Al-Qur’an dengan nama An-Nisa’ (Perempuan). Begitu muliyanya perempuan dalam pandangan Islam.  Dan beberapa ayat mencakup kesetaraan amal ibadah, pahala dan syurga kepada laki-laki dan perempuan. Seperti dalam surat Ar-Ra’d ayat 23 dan surat An-Nahl ayat 97. Begitupun dengan ayat-ayat yang lain, karena pada dasarnya apapun pekerjaan kita di dunia, tiada lain untuk ibadah mencari keridhaan Allah. Sehingga tujuan akhir kita adalah sama yakni ketaqwaan kepada-Nya.

Lalau bagaimana seharusnya wanita berkarier diantara tugas-tugas mengemban rumah tangga. Tanggung jawab mereka atas suami dan anak?  Apa sebenarnya wanita karier itu? Wanita karier adalah wanita yang serius mendalami pekerjaannya. Dan wanita karier tidak hanya pada zaman-zaman sekarang. Pada masa Rasulullah Siti Khadijah AS istri beliau adalah disebut wanita karier. Namun kariernya Khadijah beda dengan kita-kita saat ini, beliau menjalankan bisnis dari rumah dan artinya tetap bisa menjaga keseimbangan “ekosistem” keluarga.  Dengan alasan ekonomi terkadang sebagian perempuan mengambil langkah karier di luar rumah, sehingga terkesan mengedepankan ego pribadi yang tidak puas dengan penghasilan laki-laki.

Ekonomi memang merupakan kebutuhan dasar setiap manusia secara universal. Akan tetapi semua tahu bahwa ekonomi bukanlah satu-satunya tujuan kita hidup di dunia ini. Dan pada kenyataannya ekonomi hanyalah sarana untuk menopang sisi-sisi kehidupan yang lain. Berbeda dengan keluarga adalah tiang utama kehidupan. Karena adanya keluarga, orang bisa bekerja apa saja untuk menghidupi keluarga. Namun seperti yang saya sampaikan di atas, menghidupi keluarga tidak cukup dengan uang saja, akan tetapi dengan akhlak dan contoh-contoh yang baik sehari-hari dari kedua orang tua mereka dan lingkungannya. Tidak akan beguna kekayaan, jika kehidupan keluarga kita jauh dari agama.

Keluarga adalah sebuah komunitas, peradaban dan budaya dibangun. Akan tetapi kekompakan kolektif  (bapak dan ibu) tidak dapat terbangun tanpa adanya kekuatan individu pada anggota keluarga dan masyarakat. Disinilah peran pilar utama keluarga, ayah dan ibu mutlak diperlukan. Wanita selalu identik dengan keindahan, kelembutan dan mungkin kelemahan. Sifat-sifat ini terlihat jelas dari bentuk penciptaan fisiknya oleh Allah serta gerak dan suara mereka. Maka tak jarang identitas gen (gender) tersebut sering dijadikan ‘amunisi’ utama distinguis laki-laki dan perempuan.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Wanita karier berpikir, mereka kerja berangkat dari rumah pukul 06.00 dan kemabli ke rumah pukul 16.00. anda bisa bayangkan bagaimana lelah dan capeknya setiba di rumah. Dalam keadaan seperti itu, dan adat ketimuran kita, mereka para wanita masih punya pekerjaan yang menanti, yakni masak dan melayani suami malam harinya. Mau-tidak mau, dengan bahasa setengah menolak, “bahwa itu adalah sebuah resiko” dari seorang wanita. Lalu berhubungan suami istri dalam keadaan salah satu tidak begitu fit tenaga terporsir bagaimana? Yang jelas Allah menjadikan wanita dan pria tentu berbeda dari segi fisik dan tenaga.  Dan tidak jarang awal petaka rumah tangga dari sini. Maka kalau boleh diprosentase, lebih banyak wanita selingkuh dari kalangan karier dengan biasa.

Hal ini terjadi, tanpa mereka sadari karena ‘pelayanan’ yang tidak memuaskan akibat capek kerja seharian, dan keterpaksaan dengan alasan resiko sebagai seorang istri. Menolak salah menerima juga tambah parah. Lalu bagaimana dampak/pengaruh terhadap keluarga?  Tentu dalam melihat pengaruh kita tidak serta merta melihat dari dampak negatif (buruknya), namun juga dampak baik terhadap keluarga tentu saja ada.

Dampak Positif

Ekonomi keluarga terbantu

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Posisi kebutuhan ekonomi dalam kehidupan manusia ekonomi merupakan kebutuhan primer yang dapat menunjang kebutuhan yang lainnya. Kesejahteraan manusia dapat tercipta manakala kehidupannya ditunjang dengan perekonomian yang baik pula. Dengan berkarir, seorang wanita tentu saja mendapatkan imbalan yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk menambah dan mencukupi kebutuhan sehari-hari. Dalam mengelola keuangan keluarga, hendaknya suami dan istri menjadi mitra sejajar. Seperrti  yang dikatakan Pratiwi Sudamona mengatakan bahwa pria dan wanita adalah “Mitra Sejajar” dalam menunjang perekonomian keluarga. Dalam konteks pembicaraan keluarga yang modern, wanita tidak lagi dianggap sebagai mahluk yang semata-mata tergantung pada penghasilan suaminya, melainkan ikut membantu berperan dalam meningkatkan penghasilan keluarga untuk satu pemenuhan kebutuhan keluarga yang semakin bervariasi.

 

Sebagai Pengisi waktu

Psikologi  manusia memang gampang berubah, kebosanan akan sesuatu pekerjaan yang rutinitas adalah merupakan penyebab utama. Kebosanan terkadang sebagai peluang untuk melakukan hal-hal yang negatif. Sehingga butuh penyaluran positif yang bisa membuat seoseorang melupakan hal-hal yang buruk terjadi pada diri mereka dengan melakukan aktivitas yang mereka sukai. Pada zaman sekarang ini hampir semua peralatan rumah tangga memakai teknologi yang mutakhir, khususnya di kota-kota besar. Sehingga tugas wanita dalam rumah tangga menjadi lebih mudah dan ringan. Belum lagi mereka yang menggunakan jasa pramuwisma (pembantu rumah tangga), tentu saja tugas mereka di rumah akan menjadi sangat berkurang.  Maka untuk mengisi kekosongan tersebut diupayakanlah suatu kegiatan yang dapat dijadikan sebagai alat untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri mereka. Diungkapkan oleh Abdullah Wakil bahwa kemudahan-kemudahan yang didapat wanita dalam melakukan tugas rumah tangga, telah menciptakan peluang bagi mereka untuk leluasa mencari kesibukan diluar rumah, sesuai dengan bidang keahliannya supaya dapat mengaktualisasikan dirinya di tengah-tengah masyarakat sebagai wanita yang aktif berkarya.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

 

Pemanfaatan Sumber Daya Manusia

Kemajuan teknologi di segala bidang kehidupan menuntut sumber daya manusia yang potensial untuk menjalankan teknologi tersebut. Bukan hanya pria bahka wanitapun dituntut untuk bisa dapat mengimbangi perkembangan teknologi yang makin kian pesat. Jenjang pendidikan yang tiada batas bagi wanita telah menjadikan mereka sebagai sumber daya potensial yang diharapkan dapat mampu berpartisipasi dan berperan aktif dalam pembangunan, serta dapat berguna bagi masyarakat, agama, nusa dan bangsanya. Pengamalan dari sebuah pengetahuan yang diperoleh di bangku sekolah ini pula yang menjadikan waanita ingin menyalurkan bakat dan minat mereka dengan menjadi wanita karier. Pemanfaatan ini bisa menjadi peningkatan bagi sumber daya manusianya dan beguna untuk kaumnya dan untuk masyarakat secara luas.

 

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Gaya hidup dan Penampilan

Biasanya seorang wanita yang tidak aktif di luar rumah akan malas untuk berhias diri, karena ia merasa tidak diperhatikan dan kurang bermanfaat. Dengan berkarir, maka wanita merasa dibutuhkan dalam masyarakat sehingga timbullah kepercayaan diri. Wanita karir akan berusaha untuk memercantik diri dan penampilannya agar selalu enak dipandang. Tentu hal ini akan menjadikan kebanggaan tersendiri bagi suaminya, yang melihat istrinya tampil prima di depan para relasinya. Namun perlu ditanamkan bahawa apapun bentuk dandanan seorang wanita, bukanlah untuk dipamerkan pada selain suami mereka. Apabila ini terjadi maka haram hukumnya bagi seorang wanita untuk mempersolek diri. Begitupun dengan gaya hidup karena pergaulan dengan banyak wanita diluar, maka dituntut untuk menjadi lebih terampil dalam memelihara penampilan.

 

Dampak negatif

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Terhadap Anak

Seperti yang saya tulis diatas bahwa, selain dampak positif tentu tidak adil kalau tidak disertai dengan dampak negatifnya. Dan selintas diatas pula, beberapa dampak negatif itu termuat, manakala seorang wanita karier biasanya pulang ke rumah dalam keadaan lelah setelah seharian bekerja di luar rumah, hal ini secara psikologis akan berpengaruh terhadap tingkat kesabaran yang dimilikinya, baik dalam menghadapi pekerjaan rumah tangga sehari-hari, maupun dalam menghadapi anak-anaknya. Jika hal itu terjadi maka sang Ibu akan mudah marah dan berkurang rasa pedulinya terhadap anak. Survey yang dilakukan di negara-negara Barat menunjukkan bahwa banyak anak kecil yang menjadi korban kekerasan orangtua yang seharusnya tidak terjadi apabila mereka memiliki kesabaran yang cukup dalam mendidik anak. Hal lain yang lebih berbahaya adalah terjerumusnya anak-anak kepada hal yang negatif, seperti tindak kriminal yang dilakukan sebagai akibat dari kurangnya kasih sayang yang diberikan orangtua, khususnya Ibu terhadap anak-anaknya.

 

Terhadap Suami

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Di kalangan para suami wanita karier, tidaklah mustahil menjadi suatu kebanggaan bila mereka memiliki istri yang pandai, aktif, kreatif, dan maju serta dibutuhkan masyarakat. Akan tambah masalah lagi kalau laki-laki mempunyai gaji lebih sedikit dari istri. Suami yang mempunyai istri karier amatlah senang karena menunjukkan keserasisan hidup, namun dilain sisi mereka mempunyai problem yang rumit dengan istrinya. Mereka juga akan merasa tersaingi dan tidak terpenuhi hak-haknya sebagai suami. Sebagai contoh, apabila suatu saat seorang suami memiliki masalah di kantor, tentunya ia mengharapkan seseorang yang dapat berbagi masalah dengannya, atau setidaknya ia berharap istrinya akan menyambutnya dengan wajah berseri sehingga berkuranglah beban yang ada.

 

Hal ini tak akan terwujud apabila sang istri pun mengalami hal yang sama. Jangankan untuk mengatasi masalah suaminya, sedangkan masalahnya sendiripun belum tentu dapat diselesaikannya. Apabila seorang istri tenggelam dalam kariernya, pulang sangat letih, sementara suaminya di kantor tengah menghadapi masalah dan ingin menemukan istri di dalam rumah dalam keadaan segar dan memancarkan senyuman kemesraan, tetapi yang ia dapatkan hanyalah istri yang cemberut karena kelelahan. Ini akan menjadi masalah yang runyam dalam keluarga. Kebanyakan suami yang istrinya berkarier merasa sedih dan sakit hati apabila istrinya yang berkarier tidak ada di tengah-tengah keluarganya pada saat keluarganya membutuhkan kehadiran mereka. Juga ada keresahan pada diri suami, khususnya pasangan-pasangan usia muda karena mereka selalu menunda kehamilan dan menolak untuk memiliki anak dengan alasan takut mengganggu karier yang tengah dirintis olehnya.

 

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Terhadap Rumah Tangga

Kemungkinan negatif lainnya yang perlu mendapat perhatian dari wanita karir yaitu rumah tangga. Kegagalan rumah tangga seringkali dikaitkan dengan kelalaian seorang istri dalam rumah tangga. Hal ini bisa terjadi apabila istri tidak memiliki keterampilan dalam mengurus rumah tangga, atau juga terlalu sibuk dalam berkarier, sehingga segala urusan rumah tangga terbengkalai. Untuk mencapai keberhasilan kariernya, seringkali wanita menomorduakan tugas sebagai ibu dan istri. Dengan demikian pertengkaran bahkan perpecahan dalam rumah tangga tidak bisa dihindarkan lagi.

Banyak wanita yang beralasan, itu bisa diatasi dengan komunikasi yang baik dengan suami. Namun jangan lupa, emosi manusia terkadang tidak selalu dalam keadaan labil. Sehingga apa-apa yang menjadi kesepakatan sebelum istri terjun menjadi wanita karier sering terlupakan. Suami istri yang berkarier selalu mempunyai tujuan untuk masa depan anak. Akankah kita sadari, masa depan anak dalam hal keperibadian tidaklah mereka dapatkan. Karena salah urus sedari kecilnya, bukan rahasia lagi kalau anak-anak orang kaya tidaklah sepintar orang-orang yang hidupnya pas-pasan. Ini akibat dimanjakan dengan uang, bukan dengan skil kreatif yang akan mereka pergunakan saat kita / para orang tua meninggalkan mereka nantinya.

 

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Terhadap Masyarakat

Hal negatif yang ditimbulkan oleh adanya wanita karier tidak hanya berdampak terhadap keluarga dan rumah tangga, tetapi juga terhadap masyarakat sekitarnya. Seperti misalnya, dengan bertambahnya jumlah wanita yang mementingkan kariernya di berbagai sektor lapangan pekerjaan, secara langsung maupun tidak langsung telah mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran di kalangan pria, karena lapangan pekerjaan yagn ada telah diisi oleh wanita. Sebagai contoh, yang sering kita lihat di pabrik-pabrik. Perusahaan lebih memilih pekerja dari kalangan wanita ketimbang pria, karena selain upah yang relatif minim dan murah dari pria, juga karena wanita tidak terlalu banyak menuntut dan mudah diatur.

Kepercayaan diri yang berlebihan dari seorang wanita karier seringkali menyebabkan mereka terlalu memilih-milih dalam urusan perjodohan. Maka seringkali kita lihat seorang wanita karier masih hidup melajang pada usia yang seharusnya dia telah layak untuk berumah tangga bahkan memiliki keturunan. Selain itu banyak pria yang minder atau enggan untuk menjadikan wanita karier sebagai istri mereka karena beberapa faktor; Seperti pendidikan wanita karier dan penghasilannya yang seringkali membuat pria berpikir dua kali untuk menjadikannya sebagai pendamping hidup. Sementara itu dilain sisi pria-pria yang menjadi dambaan para wanita karier ini -kemungkinan karena terlalu tinggi kriterianya- telah lebih dulu berkeluarga dan membina rumah tangga dengan wanita lain.

Hal inilah mungkin yang menyebabkan timbulnya anggapan dalam masyarakat bahwa “Semakin tinggi jenjang pendidikan yang dapat diraih oleh wanita maka semakin sulit pula baginya untuk mendapatkan pendamping hidup.” Stigma negatif ini tampaknya masih banyak dimasyarakat kita. Sehingga tanpa pikir panjang, akhirnya siapapun laki-laki yang mau dan tanpa memandang jenjang pendidikannya. Perubahan-perubahan dunia terus berkembang, seiring itupula dibalik kesulitan tentu ada kemudahan, asalkan kita mau berusaha.

Iklan. Geser untuk terus membaca.

 

Kesimpulannya bahwa, apa yang diperjuangkan oleh Kartini, adalah akibat rezim kolonial Belanda pada waktu itu, yang mirip dengan jahiliyah. Tidak membolehkan wanita sekolah, menjadi pemimpin dan membedakan, kaum wanita dari kalangan bangsawan dan masyarakat biasa. Dan dalam Islam emansipasi dalam hal pendidikan jauh-jauh Rasululullah sudah menyetarakannya. Bahwa kewajiban menuntut ilmu itu, bukan hanya milik pria akan tetapi juga menjadi hak kaum wanita. Nah dari pengetahuan yang mereka dapatkan di jenjang-jenjang pendidikan yang ditempuh inilah, menjadikan wanita berkarier, mengaplikasikan ilmu-ilmu yang didapatkan. Asalkan diingat dan dipertimbangkan terlebih dahulu dampak positif-negatif yang ditimbulkan.

Disamping itu, tugas penciptaan manusia di muka bumi yakni selain “yakbudun” adalah sebagai pengemban khalifah di muka bumi ini, bukan tugas kaum pria saja. Akan tetapi tugas sekalian manusia, yang di dalamnya terdapat laki-laki dan pria. Dan Allah tidak membedakan kaum pria dan wanita dalam pahala dan surga melainkan siapa yang bertaqwa dari mereka. Maka setiap laki-laki dan perempuan, berlomba-lomba mencapai ketaqwaan melalui berbagai cara, termasuk berkarier. Wallahu’alam.

 

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Penulis adalah Penyuluh Agama Islam di KUA Mpunda Kemenag Kota Bima

Sekretaris Forum Komunikasi Penyuluh Agama Islam Kota Bima

 

Iklan. Geser untuk terus membaca.

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.

Berita Terkait

Opini

Oleh : Rahmania, S.Psi Daerah Bima Darurat Narkoba. Menurut laporan BNN daerah Bima data penggunaan narkoba kian tahun kian meningkat. Narkoba tentunya menjadi salah...

Pemerintahan

Bima, Bimakini.- Rapat Koordinasi (Rakor) Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Bima Periode 2017-2020  berlangsung  Rabu (19/07) di aula Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan...

Hukum & Kriminal

Kota Bima, Bimkini.-  Kasus kekerasan dalam rumah-tangga (KDRT), biasanya dialami kaum Hawa (istri). Kali ini berbeda, karena korbannya adalah seorang suami.  Pria berinisial I...

Hukum & Kriminal

Bima, Bimakini.com.- Maraknya penjual petasan saat  bulan Ramadan   menjadi atensi aparat Kepolisian. Selain meresahkan masyarakat yang sedang beribadah, juga membahayakan.

Hukum & Kriminal

Bima, Bimakini.com.-  Kontroversi pembagian los pasar Tente semakin meruncing saja. Pembahasan yang berkali-kali dilakukan, belum menemukan titik temu penyelesaian. Aksi demo saling menyuarakan aspirasi...