Kota Bima, Bimakini.com.- Bagi orang Bima umumnya, Jara Mbojo atau Kuda Bima memiliki arti penting dalam berbagai kehidupan. Terutama pacoa jara (pacuan kuda) adalah tradisi yang dipraktekkan dari generasi ke generasi. Namun, ternyata jika dilihat pada berbagai hal, dibalik entitas budaya itu terkandung banyak nilai dan pesan sosial.
Demikian hal yang mengemuka saat bedah buku “Jara Mbojo, Kuda-Kuda Kultural” tulisan Abdul Wahid yang memiliki nama pena Aba Du Wahid, Sabtu (12/5) malam.
Akademisi IAIN Mataram ini mengemukakan bertahannya pacoa jara sebagai tradisi karena mengandung makna, nilai, fungsi sosial, budaya, politik tertentu yang dapat membantu penganutnya dalam mengarungi eksistensi kehidupan.
Pertautan makna, nilai, dan fungsi dalam pacoa jara menjadikannya sebagai medan budaya, ranah yang didalamnya berkumpul berbagai macam hal dan penafsirannya sendiri.
Katanya, di dalamnya bertemu dan bertarung identitas, ideologi, kepentingan, dan gaya hidup.
“Hal itu menjadi catatan bagi para pendakwa dan pemerhati sosial agar lebih peka lagi membaca realitas sosial sehingga tidak hanya menimpali tetapi mampu menghasilkan solusi bagi kaum terpinggir disana,” jelas kandidat Doktor Cultural Studies Universitas Udayana Bali ini.
Bedah buku itu dihadiri sejumlah akademisi, mahasiswa, penulis muda dan tokoh masyarakat lainnya. Meski diskusi hanya berlangsung dua jam lebih, tetapi tulisan putra Bima itu mampu menggugah para peserta dan mengapresiasi nalar kritis tulisannya.
Pertanyaan yang bernada kritis dan penasaran mengemuka dari peserta, tetapi semua itu terjawab dengan pemaparan sederhana, dan berisi dari pengarang.
“Penulis mampu menghadirkan ketrampilannya yang unik dalam membaca realitas sosial budaya dan mengubahnya dalam bentuk tulisan yang enak dibaca,” ujar pembanding, Ismail, mengapresiasi isi buku. (BE.20)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.
