Connect with us

Ketik yang Anda cari

Peristiwa

Catatan Kegiatan Bakti Sosial di Ndano Nae dengan Bersepeda (3)

JALAN yang kami lalui selanjutnya ke Ndano Nae, tidak terlalu berat. Selain jalan berbatu dan setapak, ada juga kubangan. Sesekali beristirahat untuk memulihkan tenaga. Kami tidak sedang mengejar sesuatu, yang penting sampai dengan selamat.

Saya sempat mencoba untuk terus mengayuh sepeda, saat yang lain beristirahat. Beberapa warga yang sedang menuntun ternak sapi saya jumpai di jalan. Ada juga pengendara motor dari arah berlawanan, besar kemungkinan berasal dari kampung Ndano Nae.

Seorang pria berdiri di pinggir jalan. Di bahunya ada gulungan tali. Saya sempat bertanya, apakah perkampungan masih jauh. “Mungkin sekitar lima kilometer lagi,” ujar pria yang mengaku dari Desa Kole Kecamatan Ambalawi.

Dia mengaku sedang mencari ternak sapi peliharaannya. Hendak dibawa kembali ke kampung untuk pernikahan keponakannya. “Karena nikahnya dari keluarga berada, maka harus potong sapi,” ujarnya.

Ada juga warga lainnya yang menuntun belasan ekor sapi. Rupanya, di lokasi itu tempat di mana sapi mencari makanan. Kebiasaan masyarakat Bima melepas ternaknya secara liar dan jika saatnya butuh akan dicari.

Beberapa anggota BA mulai menyusul. Saat ditanjakan, mereka memacu tunggangannya. Satu persatu mereka melewati saya. Dari belakang menyusul Abdi yang sepedanya sempat bermasalah. Meski rantai dipotong, namun tetap bisa melaju di jalanan menanjak.

Pikir saya, bukan masalah sepeda saat  menaklukkan medan berat. Tetapi, dibutuhkan semangat yang tinggi dan tenaga. Tim BA beristirahat dekat rumah warga. Wah, rupanya kami telah sampai. “Kita tunggu semua dulu, nanti kita jalan barang,” kata seorang anggota BA.

Di tempat kami beristirahat, ada dua rumah kami jumpai. Salah satunya milik Jaharudin (60 tahun). Kondisi rumahnya memrihatinkan. Beratap terpal dan sebagiannya berdinding kardus. Rupanya, di tempat terpencil seperti ini, ada yang memiliki rumah seperti itu.

Saat itu, Jahrudin baru pulang dari mencari bambu di hutan. Bambu itu sudah ada yang pesan. Satu batang dihargai Rp5.000. “Semuanya sekitar 75 ribu. Nanti yang beli akan datang,” kata ayah dua anak ini.

Dia mengaku sebenarnya pernah memiliki rumah panggung. Namun, telah dijual untuk membiayai anaknya sekolah ke perguruan tinggi di Lombok. Kini hampir wisuda, namun terkendala biaya. “Anak saya namanya Ahmad, sekarang lagi ke Tambora. Mengumpulkan uang untuk biaya wisuda,” ujarnya.

Tidak ada sumber pendapatan yang bisa diharapkan untuk membiayai pendidikan anak sepenuhnya. Ladang yang dimilikinya, hanya mengandalkan tadah hujan. Hasilnya pun hanya untuk konsumsi sendiri. Aktivitas lainnya, hanyalah mencari bambu. “Sekadar membeli rokok, gula, dan kopi,” katanya.

Kami pun saat itu membagikan bantuan sembako. Sekadar untuk sedikit membantu kondisi hidup mereka. Apa yang kami bantu, jelas bukan untuk memenuhi semua kebutuhan mereka.

Setelah semua berkumpul, kami melanjutkan perjalanan. Rupanya, jarak perkampungan utama, hanya beberapa puluh meter dari rumah Jahrudin. Hanya melewati jalanan menurun. warga, telah menunggu kedatangan kami.

Mereka terlihat sangat antusias dengan kedatangan kami. Mereka tidak menyangka akan ada rombongan yang menggunakan sepeda datang ke kampung mereka. Ada juga yang menyangka, jika kami yang datang dari unsure pemerintah. “Mari, ada pemerintah yang bagi bantuan,” ujar seorang ibu dengan bahasa Bima.

     Kami tidak berlama-lama, setelah membagi bantuan secara simbolis, kami pun pamit. Saat itu, warga hendak menyembelih ayam untuk kami. Hanya saja urung, karena kami harus cepat kembali.

Aktivitas lain warga setempat, selain bertani adalah menenun. Pekerjaan ini dilakukan kaum perempuan, mengisi waktu senggang. Ada pembeli yang datang ke kampung untuk membayar kain jadi.

Perjalanan ke Ndano Nae ini juga sebagai rangkaian pengambilan gambar Lamba Rasa Bima TV. Ir Khairudin M Ali, MAP, yang juga sebagai host atau pembawa acara berharap bisa dibuat hingga tiga episode.

      Karena misi sosial ke Ndano Nae telah terwujud, tim BA  diberi pilihan melewati jalur sendiri. Kami yang mengenakan sepeda, akan kembali melewati jalur sebelumnya. Nizar dan Iwan mengatakan akan membagi dua tim. Satu tim akan mengawal pesepeda.

Saat kembali, rupanya tim BA tidak ingin berpisah. Akhirnya, semua kembali ke jalur awal. Tantangan, kembali menanti. Jika sebelumnya banyak melewati tanjakan dan berbatu. Kini sebaliknya, kami melewati jalur menurun dengan ancaman bebetuan.

Tapi, kami tidak melewati jalur di Ntobo, tapi memotong jalur dan keluar di Kelurahan Matakando. Kami menyempatkan singgah di vila warga. Di sini pula kami berpisah dengan tim BA, yang beranggotakan Nizar, Adi, Odim, Haris, Dayat, Imam, Gimen, Bucek, Irfan, Rino, Ario, Cifan, Cimeng, Iwan, Piken, Arif, Jhon, Man, Bowe, Jaq, Aan Rosa, Adi Kecil, Karahe, Agus, serta Iwan.

Tim BA mengaku sangat senang dengan kebersamaan ini. Mereka berharap aka nada kegiatan yang bisa dilakukan bersama, dengan tantangan medan berbeda. (*)

Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.

Click to comment
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Hindari komentar bermuatan pelecehan, intimidasi, dan SARA.
Advertisement

Berita Terkait

CATATAN KHAS KMA

Tur ziarah ke Kota Thaif HARI ke delapan, di tanah suci, rombongan jamaah umroh kami mengikuti program tur ziarah ke kota Thaif. Berikut lanjutan...

CATATAN KHAS KMA

Ziarah Perpisahan RANGKAIAN ibadah di Madinah selama tiga hari berjalan lancar. Semua jamaah satu group yang berjumlah sekitar 25 orang ditambah seorang balita dalam...

Olahraga & Kesehatan

Bima, Bimakini.- Bersepeda adalah salah satu olahraga yang digemari saat ini. Selain menyehatkan, juga dapat dilakukan dengan santai. Seperti halnya dilakukan Sape Bike Community,...

CATATAN KHAS KMA

APAKAH saya harus senang? Ataukah sebaliknya? Entahlah! Tetapi begini: Waktu saya pertama membangun media di Bima, itu pada 21 tahun lalu, ada yang menyebut...

CATATAN KHAS KMA

PEKAN lalu saya kehadiran seorang kawan dari Surabaya. Sesama alumni International Visitor Leadership Program (IVLP). Program kunjungan ke Amerika Serikat. Di group alumni, kami...