Bima, Bimakini.com.- Maksud hati menanam jagung untuk mendapatkan penghasilan lebih, malah terbelit utang. Begitu gambaran yang dialamatkan pada petani jagung di Kecamatan Tambora. Para petani kini resah, karena harga jual jagung mereka relatif rendah. Harga tersebut bukan saja tidak memberikan keuntungan malah mereka terbelit utang jutaan rupiah.
Petani jagung asal desa Kawinda Nae, Haidin, mengaku mereka telah mengutang jutaan rupiah untuk membiayai ongkos produksi. Biaya tertinggi dikeluarkan untuk membeli pupuk dan obat-obatan. Setiap hektare harus mengeluarkan biaya lebih dari Rp5 juta.
Biaya tersebut bisa tertutupi jika harga jagung di atas Rp2.000 per kilogram agar mereka bisa menutupi biaya produksi. “Harga sekarang jangankan untung, kita malah tidak mampu membayar utang,” jarnya di Tambora, Minggu (29/4).
Penetapan harga jual yang rendah tersebut, petani merasa ditipu oleh pengusaha. Menurut A. Haris, petani Tambora serentak menanam jagung karena ada janji harga tinggi dari pengusaha. “Saat tanam dulu mereka bilang harga jagung 2.500 hingga 3.000 per kilogram, tapi nyatanya kini hanya dihargai 1.600,” ujarnya.
Karena janji harga tinggi tersebut, katanya, para petani rela meminjam uang pada rentenir untuk membeli bibit, pupuk, dan obat-obatan. Para petani sebenarnya belum ingin menjual jagung mereka sembari menunggu harga jual normal. Tetapi, desakan pemilik uang membuat mereka tidak punya pilihan. “Kalau saja kita pakai modal sendiri jagung belum akan dijual, tapi pemilik uang selalu menagih,” ujarnya.
Mereka mengharapkan agar pemerintah membantu menaikan harga jagung agar petani tidak merugi. (BE.14)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.
