HASIL Ujian Nasional (UN) tingkat SMA/MA/SMK akan diumumkan Sabtu ini. Semua pihak berharap-harap cemas. Terutama peserta UN. Mereka berharap hadangan UN bisa terlewati agar gairah belajar terus terpacu. Segala upaya dan kerja keras pihak sekolah semoga saja terbayarkan dengan hasil memuaskan sesuai target awal.
Sebelum pengumuman, nilai-nilai UN itu akan diolah dulu oleh sekolah dengan menggabungkan nilai UN dengan nilai sekolah. Proporsi 60 persen nilai UN dan 40 persen nilai sekolah. Inilah hari yang paling dinanti dengan penuh debaran hati. Masalahnya, begitu banyak yang terjebak situasi psikoplogis sulit ketika idealita tidak sama dengan realita. Bahkan, ada juga yang nekat mengakhiri hidup. Tentu saja, kita berharap tidak muncul situasi sulit seperti itu jika pun ada peserta yang gagal melenggang.
Aspek lain yang memerlukan perhatian adalah kebiasaan corat-coret baju seragam. Sepertinya tidak dapat dicegah. Sejak dekade terakhir, budaya destruktif itulah kegundahan sekolah, orangtua atau mungkin juga pemerintah setiap usai pengumuman kelulusan UN. Kebiasaan itu sangat buruk dilihat dari sisi manapun, selayaknya tidak dilalukan oleh mereka yang dibandrol sukses bersekolah.
Jika ditilik dari sisi agama, jelas saja corat-coret itu adalah demosntrasi kemubaziran. Membuang sesuatu yang seharusnya masih bisa diberikan kepada orang lain. Aspek moralitas pun pasti tidak memberi tempat layak terhadap perilaku corat-coret baju. Tidak pantas dan berlawanan dengan rasa kemanusiaan.
Mesti ada solusinya untuk mengatasinya. Nah, apakah soal ini sudah disiapakan? Sejauh ini memberi pengertian saja sepertinya tidak mempan. Siswa selalu jauh lebih lihai ketimbang strategi mengatasi yang dilakukan pihak sekolah. Namun, Kompasioner asal Kepulauana Riau menyarankan agar memakai baju adat daerah, mengundang orangtua kemudian menyerahkan amplop UN di rumah, memakai batik. Selain itu, mengumpulkan di aula sekolah dan menggunakan teknologi informasi internet melalui website sekolah.
Sebenarnya, pengumuman hasil UN akan lebih tepat dilakukan hari Jumat siang atau sekitar pukul 11.30 Wita. Momentum dekat dengan Jumatan, setidaknya bisa meredam agresivitas pelajar mengekspresikan kelulusan. Akhirnya, kita berharap ada perubahan mendasar pada ekspresi pelajar Bima memaknai kesuksesan. Mesti cerdas dan mengambarkan sosok yang layak lulus dari sisi karakter, sikap, dan intelektual. Semoga! (*)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.
