Kota Bima, Bimakini.com.- Salman (14 tahun) dengan langkah kecilnya berjalan ke arah lapangan Merdeka Kota Bima. Ada keramaian ditempat itu. Banyak yang berseragam sekolah dan PGRI. Rabu (2/5) adalah Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) dan di lapangan yang disebut juga Serasube ini, siswa dan guru berkumpul untuk upacara.
Banyak anak se-usaia Salman yang tinggal di RT 04 Kelurahan Dara ini, yang hadir di lapangan itu. Tetapi Salman tidak mengenakan seragam, namun mengenakan kaos oblong kecoklatan. Celana yang dikenakannya jeans biru dan sandal jepit. Karena dia datang bukan menghadiri upacara yang dipimpin oleh Wakil Wali Kota Bima, H A Rahman H Abidin, SE.
Salman telah lama putus sekolah dan kini menjadi tumpuan keluarga. Dia berjualan telur puyuh dan melinjo rebus. Setiap hari dilakoninya. Diharapkannya, Rabu pagi disaat orang merayakan Hardiknas, ada keberuntungan dagangannya kan laris.
Disaat Pembina upacara membacakan sambutan, Salman berkeliling diantara siswa yang mengikuti upacara. Yang dicarinya adalah siapa yang mau membeli, bukan menyimak isi sambutan.
Sejumlah siswa dibagian belakang barisan memang tak fokus dengan upacara, namun sibuk membeli makanan yang dijajakan. Termasuk diantara mereka membeli telur puyuh yang dijual tamatan MI Nurul Ilmi ini. “Saya sebenarnya sempat masuk SMP, tapi keluar, karena tak punya seragam sekolah,” kisahnya.
Salman mengaku, melihat anak seusianya mengenakan seragam sekolah, terbersit keinginan mengenyam bangku pendidikan. Namun ketiadaann biaya dan sekolah yang terasa mahal, membuatnya belajar mengarungi kerasnya kehidupan. “Setiap hari jualan telur puyuh. Saya ambil sama bos, untungnya ada tiga puluh ribu rupiah per hari,” ungkapnya pada Bimakini.com.
Salman adalah anak bungsu dari lima bersaudara. Semua tak ada yang tuntas sekolahnya, alias putus di jalan. Sekarang baginya, bagaimana tetap bisa berjualan, setiap hari habis, sehingga tiap hari pula memeroleh keuntungan. Karena keberuntungannya sekolah tak sebaik anak-anak seusianya yang mengikuti upacara.
Selain Salman, ada anak-anak lain yang seusianya yang menjual telur puyuh pada Rabu pagi. Ada Aleh yang posturnya sama dengan dia dan Ramadhan badannya lebih tinggi, tapi tak setinggi keberuntungannya untuk mengeyam pendidikan. (BE.16)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.
