PELAKSANAAN Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) pada berbagai kelurahan di Kota Bima sejak sebulan terakhir berlangsung penuh dinamika. Ada yang berlangsung biasa saja, ada pula riak-riak protes yang mengiringi. Kebersamaan masyarakat saat menyiapkannya adalah poin tersendiri yang menyimbolkan masih hidupnya semangat kolektif atau bergotong-royong. Menyatukan kekuatan dalam hal kebaikan adalah investasi bagi keakhiratan. Idealnya, kita berlomba memacunya, sebatas kemampauan yang bisa diberikan.
Jika melihat animo peserta dari satu gelanggang ke gelanggang lainnya, gairah yang terlihat relatif membara. Tetapi, jangan lantas jumawa. Itu pada awal dan pertengahan prosesi, momentum penutupan disertai ragam penghargaan yang diberikan kerap memicu protes. Dari kasus yang muncul, biasanya soal hadiah selalu menghangatkan suasana.
Jelas saja, kisruh yang kerap muncul di arena MTQ ini selayaknya menjadi fokus perhatian bersama karena menimbulkan persepsi negatif di tengah masyarakat, terutrama pada komunitas keyakinan yang lain. Mesti ada penyamaan persepsi baru terhadap pola penyelenggaraan MTQ dan sisi lain yang mengiringinya. Jika hadiah dan transparansi dana yang kerap disorot, maka selayaknya bagi wilayah yang belakangan melaksanakannya bisa mengambil hikmah dibalik kontroversi.
Oleh karena itu, sangatlah mengecewakan jika kasus pengembalian hadiah di MTQ Matakando misalnya, malah kemudian diikuti pemberian amplop kosong oleh panitia di Kelurahan Sambinae terhadap bocah-bocah berprestasi. Pemandangan kurang elok yang didemonstrasikan terbuka di panggung seagung MTQ. Mari kita akhiri.
Pemerintah Kota dan Majelis Ulama Kota Bima mesti melihat titik krusial. Jika karut-marut prosesi MTQ ini awet, maka ini bisa menjadi pintu masuk mulai jebolnya apresiasi terhadap simbol-simbol keagamaan. Indikasinya jelas, munculnya benih ketidakpercayaan terhadap manajemen ke-MTQ-an yang memicu meletupnya protes terbuka. Degradasi kepercayaan ini sangatlah menguatirkan, karena ditonton secara terbuka.
Kita mengharapkan ada percepatan respons untuk menenggahi karut-marut di arena MTQ ini agar yang mengental adalah gaung syiarnya, bukan ketidakberesan aksesoris pendukungnya. Mari bermusahasabah di titik ini. (*)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.
