Oleh: Drs. Zulkifli M. Nur
SAAT ini, bukan cuma bidang olahraga saja yang berlabel olimpiade,melainkan juga bidang sains atau yang dikenal dengan nama Olimpiade Sains. Keduanya mirip, sama-sama melibatkan peserta, pelatih, wasit, dan panitia penyelenggara. Disamping itu, keduanya mengadakan seleksi peserta secara berjenjang, mulai dari tingkat kota/kabupaten hingga ke tingkat dunia. Bedanya, kalau dalam arena Olimpiade Olahraga, pesertanya lebih mengandalkan faktor fisik, sedangkan dalam arena Olimpiade Sains, pesertanya lebih mengandalkan faktor inteligensi.
Dalam arena olimpiade tingkat dunia, yakni bidang olahraga maupun sains, peserta yang mampu meraih medali–apalagi medali emas– akan mengharumkan nama dirinya, juga nama bangsa dan negaranya. Dampak dari prestasi di event ini memang luarbiasa. Peserta yang tadinya tidak dikenal, kemudian menjadi terkenal, menjadi bahan perbincangan, bahkan menjadi idola penduduk dunia. Negara yang tadinya tidak dikenal dalam masyarakat dunia, tiba-tiba namanya melejit dan menjadi bahan perbincangan orang di berbagai tempat,mulai dari mereka yang sehari-hari biasa nongkrong di warung kopi hingga mereka yang sehari-harinya biasa bercanda ria di hotel berbintang.
Orang yang tadinya jarang membuka peta, sekarang mau meluangkan waktu untuk sekadar melihat dimana gerangan letak negara yang mengutus duta, lalu berjaya di arena olimpiade tersebut.
Pada jenjang di bawahnya, peserta yang mampu mengukir prestasi gemilang di tingkat nasional, selain akan mengharumkan nama dirinya, juga akan menjadi bahan perbincangan masyarakat dalam negaranya dan menjadi kebanggaan bagi provinsi yang mengutusnya.
Begitu pula bagi peserta yang berjaya di tingkat provinsi, selain akan mengharumkan nama dirinya, juga akan menjadi pusat perhatian masyarakat di provinsi setempat dan menjadi kebanggaan bagi kota/kabupaten yang mengutusnya.
Duta Olimpiade Sains Kota Bima
Prestasi tertinggi yang pernah diraih oleh duta Olimpiade Sains Kota Bima adalah Juara Harapan tingkat nasional untuk bidang komputer yang diwakili siswa SMA 1 Kota Bima.
Selain itu–lewat siswa SMA 1 Kota Bima pula– pernah dua kali menjajal laga pada tingkat nasional untuk bidang Fisika dan sekali untuk bidang Matematika, namun keduanya belum
Mampu meraih juara. Selebihnya untuk bidang-bidang Kimia, Biologi, Astronomi, Kebumian
dan Wkonomi baru sebatas berlaga di tingkat provinsi.
Kini, yang menjadi persoalan adalah bagaimana upaya untuk meningkatkan prestasi;
bukan cuma bagi peserta, melainkan juga bagi pelatih (pembina), wasit ( pengawas dan korektor) serta panitia penyelenggara. Keempat komponen itu pada hakikatnya merupakan suatu sistem, dimana setiap komponen memiliki tugas dan peran masing-masing, namun saling berkaitan. Kalau masing-masing
komponen itu bisa meningkatkan kualitas kinerjanya, maka hal itu akan dapat meningkatkan kualitas dari sistemnya. Pada akhirnya akan terlihat peningkatan daya saing
bagi duta Olimpiade Sains kita. Olimpiade Sains sebagai suatu sistem–dilihat dari jenjang manapun–dapat kita analogikan dengan mobil. Kendaraan roda empat ini memiliki komponen seperti mesin, ban, rem, stir, body, dan sebagainya. Kalau komponen itu bisa berfungsi baik, maka fungsi mobil sebagai alat angkut pun bisa maksimal. Sebaliknya, andaikata ada satu komponen yang tidak berfungsi–misalnya bannya kempes–maka fungsi mobil sebagai alat angkut tidak tercapai, meskipun body dan lain-lainnya tampak bagus dan indah dipandang mata.
Selama ini peserta, pembina; wasit dan panitia penyelenggara telah bekerja “keras”
sesuai tugas dan fungsinya masing-masing, akan tetapi ruang untuk peningkatan
etos kerja dari segi proses maupun dari segi hasilnya ,selalu terbuka lebar. Untuk itu, setiap komponen dipandang perlu untuk memiliki kemampuan mengidentifikasi masalah internal masing-masing; dimana kekurangan dan kelebihannya. Langkah ini dipandang oleh sebagian kalangan sebagai hal yang sangat strategis, namun cukup berat untuk diterapkan, karena harus bergumul dengan hati nuraninya sendiri.
Disamping itu, setiap komponen juga dipandang perlu memiliki kemampuan khusus agar dapat melewati segala bentuk rintangan internal dan eksternal. Dari sinilah, kita dapat melanjutkan langkah menuju peningkatan mutu daya saing, lalu meraih prestasi yang lebih tinggi di arena yang sangat bergengsi ini.
Memang tidak mudah untuk mewujudkan itu semua, namun dengan modal pengetahuan, pengalaman dan potensi yang kita miliki, pasti bisa. Paling tidak, seorang Barack Obama telah membuktikan hal itu. Orang nomor satu di Amerika Serikat itu—dengan modal pengetahuan, pengalaman, dan potensi yang dimilikinya–berhasil membungkam sebagian khalayak yang pernah dihinggapi oleh keraguan akan kemampuan dirinya. Kita perlu mencontoh prinsip yang dipegang teguh oleh lelaki yang selalu tampil dengan model rambut yang dipotong pendek itu;Yes, We Can!
Penulis adalah alumnus Universitas Negeri Jakarta, Pembina Olimpiade Sains Bidang Kebumian di SMA 1 Kota Bima.
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.
