Kita kembali berada pada momentum peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Rabu, 2 Mei upacara peringatan dihelat serentak. Rutinitas peringatan seperti ini selayaknya makin menegaskan warna sikap semua pemangku kepentingan terhadap arah pendidikan nasional ke depan. Tentu saja, mesti ada perubahan signifikan dari periode sebelumnya.
Bagaimana konteks pendidikan Kota Bima ke depan? Refleksi kritis mesti dilakukan oleh berbagai pihak, internal dan eksternal. Aspek pendidikan sangatlah luas untuk didiskusikan, Tetapi, pada akhirnya mesti ada komitmen kuat merealisasikannya di tingkat aksi. Jika diamati, secara konseptual, pendidikan umumnya sudah OK, namun selalu ada jarak antara konsepsi idealitas dan realitas. Tugas besar ke depan adalah menyempitkan jarak, syukurlah jika bisa memaduserasikannya dalam langkah seiring.
Satu di antara sisi yang ingin dilihat publik adalah program pendidikan berkarakter. Aspek ini penting untuk menyiapkan sumberdaya manusia (SDM) andal dan berkepribadian. Ada juga yang meminta penekanan terhadap pembinaan mentalitas siswa. Pendidikan Kota Bima menjadi barometer bagi daerah lain, juga bagian lain dari impian besar publik.
Aspek lainnya adalah perluasan akses pendidikan, terutama bagi masyarakat miskin. Namun, mesti diikuti peningkatan kualitas pendidikan. Mesti diakui, masih banyak permasalahan dunia pendidikan yang harus diperbaiki secepatnya. Permaslahan pemerataan kesempatan memeroleh pendidikan, anak putus sekolah, kenakalan anak sekolah, kerusakan sarana pendidikan, pemerataan tenaga pendidik, dan penyalahgunaan anggaran.
Ada yang menyatakan pendidikan itu adalah sistem rekayasa sosial terbaik untuk meningkatkan kesejateraan, harkat, dan martabat. Oleh karena itu, segala ikhtiar dilakukan untuk mewujudkan proses penyelenggaraan terbaik. (*)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.
