Akhir pekan lalu, ada dua kejadian yang melibatkan pelajar dalam hubungannya dengan sepeda motor. Di Kota Bima, pelajar salahsatu sekolah diinterogasi anggota Satuan Lalulintas karena mengendarai motor tanpa helm dan dokumen lengkap. Motor bodong itu pun disita sampai bisa menunjukkan dokumen lengkap.
Lain halnya di Kecamatan Sape, siswa SMPN 1 Sape kehilangan sepeda motor saat diparkir di areal kosong depan sekolahnya. Motor Yamaha Mio Soul raib saat diparkir bersama belasan motor lainnya. Pihak sekolah memang melarang siswa membawa sepeda motor dan memarkirnya di halaman sekolah dengan sejumlah alasan.
Dua kasus bisa mewakili karut-marut persoalan sepeda motor dalam kaitannya dengan pelajar sejak beberapa tahun terakhir. Persoalan ini memang mendesak diseriusi. Di wilayah Bima, jika ada pelajar membawa motor, paling tidak ada sejumlah kemungkinan yang bisa muncul. Tidak memiliki dokumen lengkap, karena dari sisi umur belum memenuhi persyaratan. Kerap ugal-ugalan di jalanan dan tanpa helm. Pemandangan lazim lainnya adalah berboncengan lebih dari satu. Bisa dipahami jika kemudian terdapat sejumlah kecelakaan lalulintas yang melibatkan pelajar karena human error.
Dari dinamika pelajar itu, kita mengharapkan diatensi oleh pihak Kepolisian. Apa yang diterapkan di SMPN 1 Sape dan MTsN 1 Kota Bima bisa ditindaklanjuti, karena memang dasar rasionalisasinya kuat. Selain itu, jika selama ini Kapolres berkoar-koar soal keharusan pengendara mematuhi peraturan lalulintas, maka komunitas pelajar pada berbagai sekolah menengah pertama dan menengah atas di daerah ini semestinya menjadi incaran. Ada anggota Sat Lantas yang disiagakan setiap pagi di pintu gerbang dan mengeksekusi para pelajar yang datang membawa motor. Dengan kata lain, ketegasan pada berbagai titik razia, selayaknya pula dimulai dari gerbang sekolah.
Masalah pelajar dan sepeda motor ini memerlukan perhatian dan ketegasan. Sekarang ini, bola ada di tangan Kepolisian. Membiarkan pemandangan tidak disiplin itu begitu saja, sama saja menumbuhkan benih-benih ketidakpatuhan secara sadar. Padahal, sekolah adalah lingkungan yang dihajatkan untuk penanaman kedisiplinan sebagai bekal masa depan. Lebih dari itu, kran kebebasan para pelajar semakin luas dan itu bisa berimplikasi terhadap persoalan lainnya. (*)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.
