Bima, Bimakini.com.- Kecamatan Tambora bukan hanya dikenal dengan kekayaan alam hasil hutan dan peternakan, akan tetapi juga potensi hasil laut. Kini, di perairan Tambora, puluhan nelayan memburu tuna ekor kuning. Komoditas ini merupakan tuna kualitas ekspor bernilai jual tinggi.
Hanya saja, potensi laut tersebut lebih banyak diambil dan dimanfaatkan oleh warga di luar kecamatan tersebut. Hal ini karena minimnya prasarana penunjang milik nelayan Tambora. Kebanyakan nelayan yang menangkap ikan di perairan Tambora adalah nelayan dari Sulawesi dan Kecamatan Sanggar. Sebagian besar dari mereka memiliki alat tangkap memadai.
Para nelayan pendatang ini memiliki kapal, alat pancing mesin, dan pukat sehingga dengan mudah menangkap ikan tuna yang jaraknya puluhan mil dari bibir pantai. “Kami tidak punya alat tangkap tuna yang memadai, sehingga hanya melihat saja ikan yang ditangkap nelayan pendatang,” ujar M. Said, nelayan asal Desa Kawinda Nae Kecamatan Tambora, Senin (1/5), di Tambora.
Ikan yang ditangkap para nelayan itu, bobotnya ada yang mencapai 130 Kg dengan harga jual Rp20 ribu/kg. “Nelayan diuntungkan dengan memncing tuna karena harganya mahal,” tambah Said.
Meski sehari hanya mampu menangkap 2-3 ekor tuna saja, namun nelayan bisa mendapat uang jutaan rupiah. Ikan yang ditangkap pun langsung ditampung oleh pedagang pengumpul yang telah menunggu di tepi pantai. Selanjutnya, ikan tuna dengan bobot akan di kirim ke Bali dan Makassar. “Kabarnya daging tuna yang telah dibekukan sebagiannya akan diekspor ke luar negeri,” tambah Sahrudin, nelayan asal So Nae.
Setiap hari, katanya, lebih dari satu ton ikan tuna segar tangkapan nelayan di perairan Tambora diangkut keluar daerah. Nelayan mengharapkan Pemerintah Daerah membantu nelayan lokal agar potensi daerah bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat setempat. (BE.14)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.
