Dompu, Bimakini.com.- Saat ini, masyarakat Kabupaten Dompu, terutama kalangan petani dan nelayan mengeluhkan kelangkaan bahan bakar minyak (BBM), terutama solar dan minyak tanah. Meski dicari kemana-mana, namun tidak juga ditemukan. Mereka pun meradang.
Seperti dialami para nelayan di Kecamatan Hu’u. Mereka terpaksa tidak melaut, karena kesulitan mendapatkan solar. Demikian juga dialami para petani untuk menghidupkan mesin pompa air.
“Kita kesulitan mendapatkan solar,” ujar Sarjan, nelayan Hu’u, Rabu (9/5), mereaksi kelangkaan sejak beberapa hari terakhir itu.
Katanya, dampak kelangkaan BBM itu, memaksa nelayan tidak melaut. Meski sudah berusaha untuk mencari kemana-mana, namun tetap sulit didapatkan. Disinyalir kelangkaan itu karena permainan oknum-oknum yang sengaja menimbun dan BBM lebih banyak dimanfaatkan oleh industri. “Katanya BBM bersubsidi, tapi lebih banyak digunakan oleh pengusaha,” ujarnya.
Hal senada juga diakui Jahora, warga Pekat di Dompu, Rabu (9/5). Katanya, di wilayah Pekat harus membeli Mitan sampai seharga Rp7.000 hingga Rp10.000/liter. Itu pun kalau dapat, bahkan lebih banyak terjadi kelangkaan. “Kita minta agar pemerintah merazia untuk menghindari penimbunan,” ujarnya.
Warga lainnya menduga Mitan juga dibawa oleh oknum tertentu ke pulau Lombok.
Kepala Disperindagtamben Kabupaten Dompu, Ir. Khairul Insan, MM, mengakui kelangkaan BBM terutam solar dan Mitan itu. Bahkan, nelayan di Hu’u menjerit karena kesulitan mendapatkan solar untuk keperluan perahu saat ingin melaut. “Memang terjadi kelangkaan,” ujarnya.
Demikian juga dengan Mitan, katanya, di Pekat harga melambung dan terjadi kelangkaan. Untuk mengantisipasinya, Khairul mengaku telah mengirim surat ke Denpasar untuk meminta penambahan kuota solar.
Katanya, selama ini dalam satu bulan pasokan solar sebanyak 35.000 liter untuk empat SPBU. Rinciannya SPBU di desa O’o sebanyak 10 ribu liter, SPBU Karijawa 10 ribu liter, SPBU Bali Bunga 10 ribu liter, dan SPBU Manggelewa 5 ribu liter. “Kita sudah meminta penambahan ke Denpasar,” ujarnya.
Selain itu, katanya, untuk menjaga permainan antara pengusah dengan pemilik SPBU, saat ini telah ditempatkan satu petugas pada masing-masing SPBU.
Informasi yang diperoleh Bimakini.com, kelangkaan solar dan Mitan itu terjadi karena diduga lebih banyak digunakan oleh kalangan industri. Hal itu terlihat yang banyak mengisi solar di setiap SPBU adalah mobil industry.
Selain itu, diduga telah terjadi penimbunan pada beberapa lokasi. Ironisnya lagi Mitan diduga dibawa ke pulau Lombok. “Kita minta agar aparat Kepolisian intensif merazia,” ujar Karim, warga Nowa. (BE.15)
Ikuti berita terkini dari Bimakini di Google News, klik di sini.
